Usaha Kelautan Perikanan Cegah Pengangguran Terdidik

0
695
views

Jakarta – Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) mengajak generasi muda untuk meningkatkan kapasitasnya dalam berbisnis dan investasi berbasis ekonomi biru (blue economy).

“Kita pada prinsipnya ingin mengurangi pengangguran terdidik, bisa segera berkonsultasi dengan pendamping setempat tentang apa saja usaha yang bisa dikerjakan,” kata Direktur LPMUKP Syarif Syahrial kepada 144 peserta Blue Economy 4.0 Training Series 1, yang sebagian besar usia muda dengan pendidikan tinggi, Jumat (10/12/2021).

Acara tersebut diadakan oleh Maritim Muda Nusantara (MMN) secara daring. Kegiatan ini merupakan rangkaian training seri pertama sejak Kamis, 9 Desember 2021, dengan tema besar Pengenalan Bisnis dan Investasi Ekonomi Biru 4.0.

Lebih lanjut, Syahrial menjelaskan tenaga pendamping merupakan layanan utama dari badan layanan umum (BLU) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam memberikan pinjaman modal usaha. Ada 253 pendamping yang tersebar di 357 kabupaten dan kota seluruh Indonesia. Mereka siap mendampingi mulai dari pengajuan hingga pengembalian pinjaman.

Ia juga menjelaskan mengenai apa saja usaha yang dapat dibiayai lembaganya. Antara lain, penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, usaha garam, pengolah dan pemasar hasil perikanan, serta usaha masyarakat pesisir seperti kedai pesisir dan wisata bahari. Namun, usaha-usaha tersebut harus ramah terhadap lingkungan, tidak bertentangan dengan prinsip ekonomi biru. Di samping memang harus sesuai peraturan yang berlaku dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan.

Menurut Syahrial, ada dua hal yang menjadi penekanan terhadap pemuda sebagai pelaku usaha kelautan dan perikanan. Mereka seringkali mengalami kegagalan dalam usaha, karena lemahnya konsentrasi terhadap perencanaan dan skala ekonomi yang rendah.

“Fokus pada rencana, kalau sudah dalam rencananya jangan pindah ke pekerjaan lain. Belum selesai proses pengembangannya, tiba-tiba berpindah ke sektor lain. Banyak kami perhatikan, penggunaan tidak sesuai rencana. Makanya matangkan dulu rencana pengembangan usahanya. Kedua, skala ekonomi yang diajukan. Misal pinjam untuk budidaya lele, untung dua juta tapi malah untuk makan sehari-hari habis tiga juta,” urai pria yang pernah menjadi Dosen dan Peneliti FE UI itu.

Hadir pula sebagai pemateri, Dosen Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) I Nyoman Suyasa. Ia menyampaikan model blue economy dalam industri seperti rumput laut dan TCT (tuna, cakalang, tongkol) yang selalu memperhatikan keberlanjutan dalam usaha perikanan dan kelautan.

“Terbuka usaha dan investasi yang besar di bidang perikanan, baik pada kegiatan primer penangkapan dan budidaya, sekunder pengolahan, maupun tersier perdagangan dan jasa industri,” pungkasnya.

Saat ini ekonomi biru termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia (RPJMN) 2020-2024 sebagai upaya pemerintah untuk menjaga keseimbangan ekologi untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here