Ramai Peminat, Usaha Budidaya Kepiting Soka Layak Ditekuni

0
1212
views

Tarakan – Memiliki cangkang yang lunak dan kaya manfaat untuk kesehatan, kepiting soka ramai peminat baik dari dalam maupun luar negeri. Alhasil, komoditas ini bernilai ekonomis tinggi dan sangat menarik untuk dibudidayakan.

Kepiting soka (soft shell crab) merupakan kepiting bakau yang dikonsumsi dalam keadaan pergantian kulit (moulting) sehingga seluruh bagian tubuhnya mudah dimakan. Daging kepiting ini rendah lemak jenuh, tinggi protein, serta mengandung mineral dan vitamin. Ada pula kandungan selenium yang berperan mencegah kanker dan meningkatkan daya tahan tubuh dari inveksi virus dan bakteri.

Seperti di Tarakan Kalimantan Utara, tepatnya di Kelurahan Gunung Lingkas, kepiting soka jadi unggulan budidaya. “Kepiting sokanya memang sudah lama jalan dan gak pernah putus, permintaannya terus ada,” ujar Lisman Duhali Penyuluh Perikanan.

Setiap hari aktivitas panen kepiting soka dilakukan di sana. Per orang pembudidaya bisa memperoleh sekitar 15-30kg, bahkan jumlahnya mungkin saja lebih banyak karena waktu moulting yang berbeda. Oleh sebab itu, pengecekan harus dilakukan setiap hari agar masa moulting tidak terlewat karena cangkang akan mengeras kembali.

“Biasanya panen itu pagi hari, kalau ada yang terlewat dilepaskan ke tambak sebelahnya menjadi kepiting bakau atau dilepas ke laut untuk menjaga keseimbangan ketersediaan kepiting agar tidak punah,” tutur Lisman.

Setelah panen, kepiting soka dijual ke pengepul untuk dikirim ke berbagai kota seperti Surabaya, Tarakan, Balikpapan, Jakarta, hingga Tawau Malaysia. Harganya bervariasi tergantung ukuran tetapi yang diminati berkisar 80-150gr/ekor dengan harga Rp120.000/kg.

Artinya, setidaknya dalam satu hari seorang pembudidaya bisa mendapatkan omzet Rp1,8 juta. Nilai tersebut akan naik ketika ada momen-momen tertentu seperti peringatan hari besar keagamaan.

Usaha budidaya kepiting soka di Tarakan tidak lepas dari tantangan. Salah satunya cuaca di kota tersebut yang tidak bisa diprediksi, bisa saja tiba-tiba hujan turun. Akibatnya banyak air tawar masuk ke dalam tambak sehingga moulting menjadi lambat. Maka dari itu, salinitas air harus selalu dipantau agar stabil pada rentang 10-18. Jika kurang dari itu, air laut perlu ditambahkan lagi.

Selain itu kepiting soka membutuhkan tempat budidaya khusus yang disebut crab box, berbeda dengan kepiting bakau biasa yang dilepaskan di habitatnya. Pembudidaya tentu membutuhkan biaya tambahan untuk membelinya dengan harga berkisar Rp40.000-50.000/buah. Begitu pula untuk pakan yang harus diberikan berupa ikan rucah, dibeli dengan harga Rp5.000-10.000/kg.

Melihat berbagai kebutuhan tersebut, pembudidaya harus menyediakan modal agar usaha bisa berjalan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun memberikan peluang permodalannya melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP), disamping pendampingan pengembangan usaha.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here