Potensi Melimpah, Sarongan Jadi Lokasi Pengembangan Lobster

0
468
views

Banyuwangi – Perairan laut selatan Jawa telah dikenal sebagai salah satu penghasil lobster dengan kualitas ekspor. Bahkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan beberapa daerah di selatan Jawa sebagai lokasi pengembangan hewan dengan bentuk tubuh beruas-ruas tersebut.

Salah satu daerah yang menjadi lokasi pengembangan budidaya lobster adalah Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Meskipun lokasinya yang terbilang cukup jauh dari pusat kota Banyuwangi, namun melimpahnya potensi dan sumber daya yang mendukung menjadikan Desa ini ditetapkan sebagai kampung budidaya lobster oleh KKP.

“Setidaknya 11 juta benur dalam setahun dihasilkan dari Sarongan. Dengan sumber air bersih dan pakan yang mendukung, menjadikan wilayah Sarongan sangat tepat untuk jadi lokasi pengembangan lobster,” jelas Ari (32), Penyuluh Perikanan di Kabupaten Banyuwangi.

Berbagai jenis lobster yang dibudidayakan masyarakat pun beragam, mulai dari lobster pasir (Panulirus Homarus), lobster bambu (Panulirus Versicolor) hingga lobster Mutiara (Pamulirus Ornatus) yang terkenal dengan harganya selangit. Masyarakat biasa menjual lobster dengan target utama pasar ekspor ke berbagai negara seperti Vietnam, China dan Hongkong. Usaha budidaya lobster sangat memberikan manfaat besar bagi masyarakat disamping sebagai bentuk diversifikasi usaha.

“Keberadaan lobster sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kalau melihat hasilnya kan selalu untung karena harganya yang lebih stabil, masyarakat bisa menjual dengan harga paling murah Rp300.000/kg, peruntukannya pasar ekspor. Selain itu, usaha ini juga sebagai bentuk diversifikasi usaha, jadi pas musim ombak laut besar mereka punya tabungan dari hasil budidaya lobster,” tambah Ari.

Adapun mengenai lobster dengan target pasar ekspor Ari menambahkan, terdapat kriteria khusus yang harus diperhatikan. Mulai dari lobster harus dalam keadaan hidup dan sehat, warna tubuh berwarna coklat kehitaman, bagian tubuh utuh/tidak cacat, tidak sedang ganti cangkang (moulting), dan sedang tidak bertelur. Untuk menjaga mutu lobster tetap baik, proses pengemasan pun wajib untuk diperhatikan.

“Proses pengemasan harus diperhatikan, dari lobster dipanen dari Keramba Jaring Apung (KJA) yang ada di permukaan laut, lalu di bawa ke daratan dilanjutkan proses packing, lobster dilumuri pasir laut kering, tahapannya runut demi menjaga mutu lobster, hingga kemudian terakhir proses packing dalam sterofoam dan siap dikirim,” tutup Ari.

Proses panen lobster dari KJA dilakukan langsung oleh pembudidaya. Adapun untuk proses penanganan selanjutnya hingga tahap pengemasan ditangani oleh distributor. Untuk menghasilkan lobster berukuran ekspor yaitu dengan bobot minimal 250 – 500g dibutuhkan waktu 6 bulan hingga 1,5 tahun tergantung ukuran benur yang disebar.

Sebelumnya KKP terus mendorong pengembangan budidaya melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang Kampung Perikanan Budidaya. Sebagai langkah serius untuk mengakselerasi program kampung perikanan budidaya, KKP turut memberikan berbagai dukungan salah satunya melalui akses permodalan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here