Pengolahan Ikan Tamban oleh Nina, Dorong Usaha Berdayakan Potensi Lokal

0
426
views

Ikan tamban (Spratelloides gracilis) yang kerap dihindari karena banyak duri, kini berhasil diubah menjadi olahan kerupuk yang gurih. Melalui inovasi Juliana, atau Nina (39), seorang pengusaha muda dari Batubara ikan tamban pun mampu menjadi sumber daya yang berharga.

Sejak tahun 2010, Nina mulai merintis usaha pengolahan kerupuk dari ikan tamban dengan merek Mustafa Perkasa Baru. Awalnya hanya seorang penjual baju di toko, namun ketika melihat potensi ikan tamban yang melimpah dan mudah didapatkan di Batubara, Nina melihat peluang untuk mengembangkan bisnis baru.

“Dulu produksi kerupuk hanya 5 kg. Saya membawa kerupuk ke toko sambil jualan baju. Lama kelamaan, permintaan meningkat pesat hingga produksi kerupuk kering mencapai 100 kg per hari sekarang,” ungkap Nina.

Kesuksesan bisnis dan meningkatnya permintaan menginspirasi Nina untuk terus berkembang. Meskipun menghadapi keterbatasan modal, dia berhasil mengatasi hal tersebut dengan dukungan modal dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).

Peran LPMUKP dalam pengembangan usahanya terbukti signifikan, karena mereka memberikan dukungan modal yang membantu Nina mengatasi hambatan keuangan dan mewujudkan potensi usaha pengolahan ikan tamban. Dengan dukungan ini, Nina mampu meningkatkan kapasitas produksi dan mengembangkan kualitas kerupuk olahannya.

Kelebihan kerupuk olahan Nina terletak pada komposisi perbandingan yang tepat antara daging ikan segar dan bahan pelengkap. Dengan menggabungkan tepung tapioka, sagu, tepung gandum, dan bumbu lainnya dengan proporsi yang pas, Nina menghasilkan kerupuk yang gurih dan lezat.

Keberhasilan usaha Nina juga berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Usaha pengolahan kerupuk yang terus berkembang ini menciptakan lapangan kerja bagi 15 orang pegawai, dengan 5 orang mengurus proses pengolahan dan 10 orang lainnya bertugas di bagian penyiangan. Hal ini berarti Nina telah berhasil memberdayakan masyarakat lokal dengan menciptakan kesempatan kerja.

Tidak hanya menguntungkan masyarakat lokal, Nina juga berhasil memperluas pemasarannya. Dengan harga Rp10.000 per kemasan dan Rp35.000 per kilogram, kerupuk olahannya dijual di berbagai kota, seperti Pekanbaru, Medan, dan Binjai, berkat bantuan agen-agen yang bekerja sama dengannya. Selain itu, dia juga memanfaatkan pemasaran online untuk mencapai pasar yang lebih luas.

Komitmen Nina dalam mengembangkan usaha pengolahan ikan tamban, dengan dukungan dari LPMUKP, membawa manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan masyarakat lokal. Dengan terus meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi, Nina telah membuktikan bahwa ikan tamban bisa menjadi potensi lokal yang bernilai tinggi jika dikelola dengan baik dan inovatif.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here