Jadi Bahan Baku Pupuk Organik, Rumput Laut Buleleng Sampai ke India

0
997
views

Buleleng – Sebagai negara penghasil rumput laut terbesar di dunia, kualitas rumput laut Indonesia tentu tidak diragukan lagi. Selain biasa diolah menjadi berbagai makanan lezat, rumput laut juga bisa dimanfaatkan menjadi produk ramah lingkungan. Seperti di Buleleng, rumput laut diolah menjadi cairan bahan baku pembuatan pupuk organik. Tak tanggung-tanggung produknya pun dipasarkan sampai ke India.

Rumput laut diolah dengan cara diekstrak menjadi biostimulan, yaitu senyawa organik alami yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Kandungan mineral, nutrien organik, dan anorganik serta Hormon Pemacu Tumbuh (HPT) yang kaya dari rumput laut sangat bermanfaat bagi tanaman.

Pengembangan rumput laut menjadi pupuk tentu menjadi angin segar bagi para pembudidaya di Desa Patas, Buleleng. Pasalnya, beberapa waktu lalu akses pasar sempat menjadi kendala terbesar mereka dalam menjual rumput laut hasil budidayanya.

“Sebelumnya pembudidaya sempat terkendala dengan pemasaran. Pernah sekitar awal tahun 2000-an, mereka rugi hampir 200 jutaan karena rumput lautnya gak ada yang beli. Kini para pembudidaya sudah tidak khawatir lagi karena adanya pabrik pengolah rumput laut di wilayah ini yang menampung untuk diolah menjadi pupuk organik,” jelas Anita Indaryanti Penyuluh Perikanan Kabupaten Buleleng.

Rumput laut yang telah dipanen langsung dibawa ke pabrik untuk dijual dalam kondisi basah. Hal ini tentunya menguntungkan bagi pembudidaya karena tidak perlu memakan waktu lama untuk dijual dan lebih hemat penanganannya. Adapun rumput laut yang diolah diantaranya jenis Kappaphycus striatum (sakol) dan Eucheuma cottoni dengan harga jual berkisar antara Rp5.000-Rp.6.000/kg.

Tingginya permintaan rumput laut untuk kebutuhan industri tentunya menjadi peluang besar bagi para pembudidaya. Ditambah hingga saat ini jumlah rumput laut yang diolah jumlahnya masih kurang dari total kebutuhan.

“Kebutuhan perusahaan akan rumput laut hingga saat ini belum sepenuhnya tercukupi, dari Patas saja baru 60 ton per tahun, sedangkan kebutuhan perusahaan pengolahan itu 3.000 ton. Tentu ini menjadi peluang besar untuk para pembudidaya ke depannya,” ungkap Anita.

Peluang pasar yang terbuka lebar menjadi nilai tambah dari pengembangan rumput laut di Patas. Untuk mendorong hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tak luput memberikan berbagai bentuk dukungan. Salah satunya melalui fasilitas akses permodalan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) untuk mengembangkan kegiatan usaha budidaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here