Budidaya Bawal Bintang Jadi Fokus KKP Dukung Komoditas Perikanan Bima

0
604
views

Kota Bima – Budidaya air laut atau marikultur (mariculture) merupakan usaha perikanan budidaya yang terus dipacu oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk dikembangkan. Melalui program terobosan kampung budidaya, KKP menetapkan berbagai wilayah di tanah air untuk menjadi lokasi fokus pengembangan berbagai komoditas perikanan. Seperti salah satunya melalui kampung bawal bintang di Desa Kolo dan Ule, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ikan bawal bintang (Trachinotus Alochi) merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya air laut yang memiliki harga jual yang cukup tinggi. Meskipun sempat sepi saat diterjang pandemi, geliat bawal bintang di Kota Bima kini telah kembali. Usaha budidaya ikan yang habitat aslinya di laut ini banyak dilirik karena menguntungkan bagi pembudidaya.

“Masyarakat di sini mulai membudidayakan ikan bintang itu tahun 2017, sempat sepi karena pandemi. Lalu mulai lagi sejak tahun 2021 sampai sekarang, terlebih setelah daerah ini ditetapkan sebagai kampung budidaya dengan komoditas ikan bawal bintang, sekarang rame lagi,” ungkap Putriani Penyuluh Perikanan Kota Bima.

Menurut Putriani yang sehari-hari mendampingi dan memberikan edukasi kepada pelaku usaha kelautan dan perikanan, mayoritas masyarakat di Desa Kolo dan Ule adalah nelayan. Namun, melihat besarnya peluang budidaya ikan bawal bintang perlahan mereka menjadikan usaha ini sebagai sampingan mereka disela-sela aktifitas utamanya menangkap ikan di laut.

“Alasan rata-rata nelayan memilih budidaya ikan bawal bintang ini karena saat malam mereka melaut untuk pergi memancing ikan. Nah, untuk mengisi waktu siang dan sorenya mereka isi dengan budidaya. Rata-rata masyarakat sudah tahu bagaimana Cara Budidaya Ikan yang Baik (CPIB), mereka sudah paham karena sering mendapatkan materi sosialisasi tentang CPIB,” jelas Putriani.

Dengan memanfaatkan Keramba Jaring Apung (KJA) berukuran 3×3 hingga 4×6 m2 secara berkelompok para pembudidaya membesarkan ikan bawal bintang. Adapun benih yang digunakan oleh pembudidaya didapatkan langsung dari Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok. Meskipun benih yang didapatkan memiliki berbagai keunggulan, namun akses dari Kota Bima ke Kota Lombok terkadang menjadi tantangan bagi pembudidaya.

“Untuk saat ini benih masih didapatkan dari BPBL Lombok. Dari sana ukuran benih lebih seragam, ketahanan bagus, juga benih sudah tersertifikasi SNI. Selain itu, benih dapat garansi tiga minggu, kalau ada benih yang mati nanti diganti, hanya saja jarak dari Bima ke Lombok lumayan, jadi butuh ongkos lagi,” jelas Putriani.

Proses budidaya ikan bawal bintang terbilang susah-susah gampang. Dengan karakter tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yang tinggi, namun jumlah pakan yang harus dipenuhi juga banyak, mengingat ikan bawal bintang memiliki pola konsumsi yang tidak sedikit hingga ukurannya siap untuk dikonsumsi. Hal tersebut pun menjadi tantangan lain yang harus dicermati oleh para pembudidaya.

“Kendala lain hingga saat ini adalah pakan. Karena masyarakat masih menggunakan pakan ikan rucah atau ikan kecil yang dipotong-potong. Sedangkan untuk model pakan pelet masih harus didapatkan dari Lombok. Hal ini kan menjadikan pembudidaya harus menyiapkan modal lebih. Tapi Kendala itu cukup bisa teratasi dengan kita arahkan ke lembaga pengelola modal, seperti salah satunya Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan,” tutup Putriani.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here