Tanggung Jawab Saya, Dana Harus Berputar

0
938
views

Purwakarta – Tiga belas tahun Dora Naomi menjalani peran sebagai istri, ibu, dan profesional sebagai pendamping kegiatan di masyarakat. Tempaan waktu mengajarkannya untuk hidup harus seimbang, work life balance.

“Saya nyaman dengan pekerjaan seperti ini yang fungsional, karena saya dapat mengatur waktu sendiri,” ungkapnya melalui corong telepon genggamnya, Kamis (18/11/2021).

Belasan tahun memang bukan waktu yang sebentar bagi ibu dua anak yang tinggal di Purwakarta ini. Sejak 2008 hingga 2017, Dora menjadi Penyuluh Perikanan Bantu (PPB). Setelah itu, ia bergabung dengan Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP), sampai saat ini.

Bergelut dengan masyarakat, membuatnya merasa memiliki saudara dimanapun berada. Ia juga bisa mengetahui karakteristik masyarakat khususnya pembudidaya ikan yang banyak tersebar di wilayah Purwakarta. “Yang di gunung biasanya lebih kalem-kalem, tapi untuk usaha yang di danau lebih besar,” tuturnya.

Meskipun Purwakarta merupakan kabupaten terkecil di Jawa Barat, namun di usia 47 tahun ini membuat Dora harus tetap memiliki stamina tinggi. Belum lagi jika harus ke wilayah yang jaraknya jauh seperti ke Maniis, Darandang, dan Pleret yang membutuhkan waktu dua jam.

Atau, ketika musim hujan dan harus menyeberang danau menggunakan kapal tanpa atap. Oleh karena itu, Dora suka berolahraga. “Olahraga saya apa aja bisa termasuk renang, tapi sukanya voli. Misal saya ada apa-apa di air, saya juga bisa berenang ke KJAnya,” selorohnya.

Dora memiliki trik untuk bisa memperoleh debitur potensial, sehingga layak diberikan pinjaman modal, yaitu menyasar wilayah yang potensi ikannya besar dan binaan dinas. Dengan demikian, ia merasa lebih yakin dan aman terhadap kelancaran pengembalian pinjaman mereka. Sampai saat ini, total ada 11 pelaku usaha kelautan dan perikanan yang didampinginya yang rata-rata pembudidaya ikan air tawar seperti bawal, lele, dan patin.

Ia paling merasa terenyuh ketika debiturnya berhasil mengembangkan usaha, misalnya kolam tanah menjadi tembok dan produksinya meningkat. “Itu saya rasa…. Oh dipakenya bener-bener ya,” katanya.

Sampai saat ini, ia belum terpikir untuk berhenti. Ada tanggung jawab yang harus diselesaikan untuk mendampingi, agar dana yang sudah diberikan bisa kembali dan berputar dengan baik. Lebih dari itu, ada kaitan spiritual dengan Tuhan. “Saya punya talenta dari Tuhan, saya harus manfaatkan. Jadi hidup harus berguna, gak leha-leha,” tegasnya.

Dukungan Keluarga

Nah, di tengah kesibukannya, saat sewaktu-waktu ada kegiatan keluarga yang penting, Dora tetap hadir untuk keluarga.

Semangat Dora dalam bertugas memang mendapat dukungan penuh dari Habet, suaminya. Mereka bertemu di kampus Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, hanya berbeda jurusan. Habet lulusan Sumber Daya Perikanan, sedangkan Dora dari Teknologi Budidaya.

Habet tak pernah keberatan terhadap profesi yang dipilih istrinya. Terlebih, sudah 20 tahun menikah. Iapun tidak pernah merasa keteteran atas kesibukan istrinya, bahkan bisa saling membantu. Suka duka Dora, yang menurut Habet paling berkesan adalah ketika ada debitur yang kelihatannya sulit membayar, ternyata malah lancar.

Dukungan kuat juga datang dari Michelia, putri mereka. “Kalau buat saya gak keberatan dan malah senang melihat ibu saya kerja jadi motivasi saya untuk kerja juga. Ibu saya walaupun kerja juga meluangkan waktu untuk anak, suami, keluarganya,” ungkap sang putri.

Michelia mengaku setiap hari sharing dengan ibunya. Tidak ada satupun masalah pekerjaan yang membuat ibunya uring-uringan, sehingga suasana di rumah bisa tetap menyenangkan. “Lihat ibu saya kerja ke lapangan, ngobrol dengan banyak orang, cerita tentang kredit dan segala macam, lihat ibu saya rajin, jadi saya harus mandiri, kerja juga, jadi saya juga termotivasi kerja,” lanjutnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here