Sidat Cilacap Sampai ke Jepang

0
1236
views

Sidat merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki tubuh unik. Bagi orang awam, mungkin akan mengira bahwa sidat adalah belut. Hal ini karena bentuk fisik keduanya hampir sama yaitu berupa tubuh bulat dan memanjang.

Meski masih cukup asing di telinga, hewan air ini justru diburu masyarakat Jepang karena kandungan proteinnya yang tinggi. Biasanya, sidat diolah menjadi berbagai makanan favorit Jepang seperti Unagi, Sushi, dan Kabayaki.

Indonesia merupakan salah satu negara eksportir sidat. Banyak daerah yang menjadi sentra sidat salah satunya adalah Cilacap.

Rudy Sutomo, pria asal Cilacap mencoba keperuntungannya dalam budidaya sidat. Diawali dengan pertemuan salah satu temannya dari Jepang, Rudy mulai ada ketertarikan dengan hewan yang memiliki nilai jual tinggi ini. Mereka pun menangkap sidat yang ada di Cilacap.

Namun, sidat hasil tangkapannya ditolak oleh pihak Jepang karena mereka menginginkan sidat hasil budidaya bukan dari tangkap. Rudy pun berinisiatif menyewa kolam dan belajar budidaya sidat secara otodidak namun ternyata gagal.

Kegagalan tersebut, justru menjadikan Rudy semakin terpacu dan memutuskan untuk belajar ke salah satu Universitas Perikanan yang ada di Jepang. Setelah pulang ke Indonesia, Ia mempraktikkan ilmu yang telah didapatnya di usaha budidaya sidat perorangan.

Dalam kurun waktu dua tahun, usaha budidaya sidat Rudy telah berkembang dan akhirnya Ia membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Sidat Bersatu.

Dari pengalamannya selama usaha, masalah terbesar dalam budidaya sidat di daerah Cilacap adalah dalam permodalan terutama dalam pembelian pakan dan benih. Hingga akhirnya, Ia memutuskan untuk bekerjasama dengan Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).

Berkat permodalan dari LPMUKP, saat ini anggota Pokdakan Mina Sidat bersatu berhasil mengelola 60 kolam sidat. Hasil panennya pun meningkat dari 500 kg menjadi 5 ton per bulan.

Pemasaran sidat memasuki restoran di Jakarta dan Bali, bahkan mampu mengekspor ke Jepang secara rutin. “Sidat ini komoditi ekspor, sehingga saya yakin penyerapan pasarnya tidak akan berkurang. Tidak mungkin Jepang tidak membutuhkan sidat, karena mereka tidak bisa memijahkannya di alam. Jadi, budidaya sidat ini sangat menjanjikan,” jelas Rudy, Rabu (16/3/2022).

Mina Sidat Bersatu semakin berkembang. Produknya pun bukan lagi sekadar sidat utuh, tetapi juga diolah menjadi sidat asap. Rudy berharap, melalui usaha yang dilakukan koperasi dapat meningkatkan kesejahteraan anggota.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here