Kunci Pesatnya Budidaya Kerapu di Probolinggo

0
997
views

Probolinggo – Dalam usaha budidaya ikan, pakan kerap menjadi tantangan tersendiri karena menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi biaya operasional rutin para pembudidaya. Tak tanggung, besarannya sekitar 60-80% tiap siklusnya. Padahal pakan sangat dibutuhkan agar ikan berkembang dengan baik.

Keberadaan pakan alami kemudian menjadi anugerah tersendiri bagi pembudidaya. Seperti ikan rucah yang melimpah dan murah di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dimanfaatkan sebagai pakan ikan kerapu.

“Harga ikan rucah itu Rp2,5-4 ribu kalau mengambil di Gili, jauh lebih murah dari daerah lain atau pabrikan, pakan juga segar,” terang Sapuri Penyuluh Perikanan.

Biasanya pembudidaya membeli ikan rucah dari nelayan setempat. Namun menurut Sapuri, tak jarang pembudidaya juga berprofesi sebagai nelayan sehingga tak perlu membelinya. Mereka biasanya kembali dari melaut pada waktu subuh kemudian ikan rucah yang diperoleh akan langsung dipakai untuk pakan kerapu. Sore harinya mereka akan kembali melaut, begitu aktivitasnya.

“Di Gili dikasih pakannya 1 kali tapi banyak ikan-ikan kecil masuk dari jaring di situ sebagai cemilan,” lanjutnya.

Selain pakan, perawatan juga dilakukan untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan kerapu. Pertama adalah rutin mengganti jaring setiap 3 hari sekali untuk ikan yang masih kecil, sedangkan ikan yang lebih besar bisa 5-7 hari sekali. Upaya ini untuk menjaga tempat budidaya selalu bersih dari sisa pakan dan kotoran lainnya.

Kedua, kegiatan dipping atau perendaman di mana kerapu direndam dalam air tawar untuk mengurangi parasit di tubuh ikan sekaligus pengendalian dari berbagai jenis hama dan penyakit sehingga menunjang kelangsungan hidupnya.

Setelah dibesarkan dalam waktu 7-8 bulan, kerapu siap dipanen. Rata-rata, kerapu yang dibudidayakan di sana, yakni kerapu cantik dan cantang karena harganya tinggi dan stabil. “Harga jual per kilo Rp115-120 ribu, kalkulasi keuntungan mereka itu sudah lebih dari separuh, anggap Rp70-100 juta untuk 1 siklus itu sudah bersih,” ungkap Sapuri.

Berkat ketersediaan pakan dan perawatan yang baik itulah budidaya kerapu di Gili berkembang pesat. Sampai saat ini menurut data penyuluh terdapat 175 unit keramba yang masing-masing terdiri dari 9-12 lubang. Tak heran, jika wilayah ini ditetapkan sebagai Kampung Perikanan Budidaya Kerapu oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Guna meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya, KKP pun memberikan berbagai fasilitas penunjang. Beberapa diantaranya bantuan bibit, sarana prasarana, hingga permodalan yang digulirkan melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here