Tual – Berbagai hidangan laut tentu dikenal memiliki cita rasa lezat dan juga kaya akan gizi. Salah satu hidangan laut yang dikenal dengan dua ciri khas tersebut adalah teripang, komoditas ini menjadi andalan Maluku khususnya Kota Tual.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong masyarakat untuk membudidayakan teripang. Mengingat dipasaran harga jual teripang lumayan tinggi, yaitu berkisar antara Rp300.000-Rp600.000 per kilogram. Di Tual sendiri usaha budidaya teripang tentunya menjadi peluang besar, mengingat tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi juga didukung dengan kondisi alamnya.
“Daerah Tual itu potensi teripang sangat besar, alamnya juga mendukung, sehingga Tual terkenal karena sentra budidaya teripangnya yang bagus. Apalagi sekarang didukung dengan ditetapkannya sebagai kampung budidaya oleh KKP seperti di Desa Ohoitel, Taar, Tayando, dan Desa Yamtel. Hal itu mendorong masyarakat untuk semakin membudidayakan teripang,” tutur Frits Richardo Songjanan, Penyuluh Perikanan untuk wilayah kerja Kota Tual, Rabu (13/7/2022).
Teripang merupakan jenis biota laut yang kaya akan sumber protein hewani dan telah lama dikonsumsi oleh masyarakat di dalam maupun di luar negeri. Selain lezat untuk dikonsumsi, teripang juga memiliki khasiat yang dipercaya dapat memelihara kesehatan karena kandungan serat kolagennya yang tinggi.
Umumnya teripang berbentuk bulat panjang atau silindris seperti timun dengan panjang berkisar antara 10-30 cm. Adapun untuk membudidayakan teripang, benih yang akan ditebar harus memiliki ukuran yang seragam, baik jenis maupun ukurannya. Hal tersebut dimaksudkan agar teripang yang dibudidayakan memiliki karakter yang sama saat proses pembesaran hingga panen.
“Ukuran dan jenis benih yang ditebar saat memulai membudidayakan teripang itu harus seragam. Misal mengambil benih dari tempat penetasan (hatchery) maka semua benih harus dari situ jangan dicampur dengan benih dari alam karena benih dari alam cenderung ukurannya tidak seragam,” jelas Frits.
Teripang dibudidayakan di habitat aslinya, yaitu dasar laut dangkal. Untuk pakan sendiri teripang mengkonsumsi pakan alami berupa plankton yang tersedia di dalam perairan laut. Selama pemeliharaan dan untuk menjamin ketersediaan pakan, diberikan juga ampas parutan kelapa ke dasar laut untuk menyuburkan pertumbuhan plankton.
Hanya dengan membutuhkan waktu 6 hingga 12 bulan teripang yang dibudidayakan sudah bisa untuk dipanen. Biasanya, ukuran teripang yang dipanen telah mencapai ukuran 300-500 gram per ekor. Tak hanya dijual secara hidup, teripang di Tual juga turut dipasarkan dalam bentuk lain, yaitu dikeringkan seperti ikan asin.
“Biasanya pembudidaya menjual ke distributor dalam dua bentuk, ada teripang mentah, yaitu hasil panen langsung dijual dan juga bentuk diasap atau dikeringkan. Hasil teripang itu mereka jual ke daerah Tual dan juga ke wilayah Pulau Aru,” tutup Frits.
Sebelumnya empat desa di Kota Tual ditetapkan KKP sebagai kampung budidaya untuk pengembangan komoditas teripang. Ke depan, KKP berharap tingginya potensi budidaya teripang di Tual bisa terus dikembangkan dengan berbagai dukungan termasuk akses permodalan KKP sehingga pembudidaya dapat terus meningkatkan usaha.