Potensi Perikanan Banyuasin Butuh Stimulus

0
1065
views

Banyuasin – Sekitar 80 persen wilayah Banyuasin adalah daerah perairan. Tergambar betapa besar potensi perikanan di kabupaten yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Sumatera Selatan itu.

Luasan daerah perairan dan potensi perikanan itu jelas terbaca pada data pemerintah setempat terkait pola konsumsi ikan yang mencapai 56,06 kg perkapita pertahun. “Ini terbesar di Sumsel. Ikan yang dikonsumsi itu mayoritas ikan budidaya, yaitu patin,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuasin Septi Fitri, Senin (10/10/2021).

Pemerintah daerah memang tidak main-main dalam menggalakkan Program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan). Apalagi, meski pada dasarnya patin yang paling banyak digemari masyarakat kito galo (red. sebutan bagi masyarakat Sumatera Selatan), banyak pula pembudidaya mengembangkan jenis lain, seperti lele, nila, dan beberapa ikan tawar lain.

Apapun jenisnya, ikan tetaplah bernilai gizi tinggi. Terlebih saat kondisi pandemi seperti saat ini, masyarakat harus banyak mengkonsumsi makanan yang kaya gizi seperti ikan agar memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Gizi ikan juga diyakini mampu memutus ancaman stunting atau kondisi gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi bagi generasi mendatang.

“Meningkatkan konsumsi ikan berarti meningkatkan kecerdasan dan kesehatan masyarakat,” kata Septi.

Sayang, lanjutnya saat dihubungi dalam kegiatan dinasnya di Banyuasin, ada keterbatasan dari masyarakat pembudidaya di sana. Terutama terkait dengan keterbatasan modal dalam berusaha. Septi yakin, untuk mengembangkan sektor perikanan harus ada kerja sama, baik itu koperasi, pemerintah daerah dan pusat, masyarakat. Kita harus sama-sama mencari solusi, khususnya permodalan,” katanya.

Ia mencontohkan patin sebagai unggulan utama daerah. Andaikan pembudidaya patin setempat tercukupi kebutuhan akan pakan, pasti margin usaha mereka semakin besar. “Ke depan kita berencana semoga bisa membuat pabrik pakan, sehingga masyarakat bisa menikmati margin yang lebih besar lagi dan kesejahteraan masyarakat meningkat,” harapnya.

Harapan itu diamini oleh Amsal Soetopo Malau, pendamping yang ditugaskan Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) untuk wilayah Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin. Amsal tak menampik potensi perikanan yang sedemikian besar, namun masih membutuhkan sitimulus yang juga besar.

Contoh paling gampang dari kacamatanya sebagai pendamping adalah kebutuhan pembudidaya akan pemberdayaan. Yang paling berperan dalam program penguatan ini tentu saja para penyuluh perikanan atau pendamping seperti dirinya. “Jauh ke pelosok, terpencil, perlu koordinasi dengan pihak terkait. Penyuluh memiliki wilayah kelompok, sinergitas dengan mereka penting. Begitupun ke dinas, saya tidak mengabaikan itu,” katanya.

Sinergi tak hanya secara fisik. Tak jarang Amsal juga berperan menjadi bumper mental bila ada debitur yang membutuhkannya untuk menyampaikan keluh kesah mereka. Tentunya hal ini menjadi angin segar bagi pembudidaya karena selain memberikan suntikan permodalan, ia juga mau dijadikan tempat curhat.

Terbukti, hasil nyaris tak mengkhianati usaha. Usaha lancar para pembudidaya membuat patin tetap menjadi primadona Banyuasin. Di masa Pandemi Covid-19 ini sekalipun, para debitur tetap lancar memenuhi kewajiban mereka mencicil pelunasan pinjaman yang pernah mereka terima.

“Harapan saya, semoga dana yang sudah dikucurkan melalui BLU LPMUKP bisa dimanfaatkan dengan benar untuk meningkatkan perekonomian mereka. Dana sesuai peruntukannya, yaitu untuk meningkatkan usaha, perluasan dan pengembangan di bidang perikanan,” ujar Amsal.

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here