Bengkulu Utara – Fermentasi pakan jadi solusi efisiensi biaya operasional budidaya ikan, di mana pakan seringkali menjadi pos pengeluaran terbesar para pembudidaya. Cara ini bahkan dapat meningkatkan metabolisme ikan dan mempercepat pertumbuhannya.
“Fermentasi inikan untuk mempermudah proses metabolisme tubuh di ikan. Dari segi bobot sama efisiensi pakannya lebih bagus, kebanyakan rata-rata menghemat 20-25 sak dalam 1 siklus. Hasilnya lebih banyak, ikannya jadi gemuk-gemuk,” ungkap Andika Rahman Penyuluh Perikanan.
Andika yang menguasai pengetahuan usaha budidaya nilapun menceritakan pengalamannya. Untuk tebar benih sebanyak 10 ribu ekor, Ia hanya membutuhkan pakan 77 sak yang semula 100 sak di mana harga pakan saat ini berkisar Rp305-308 ribu.
Namun sayangnya masih sedikit pembudidaya yang mau telaten melakukan fermentasi padahal caranya terbilang mudah, hanya membutuhkan sedikit tambahan waktu untuk prosesnya.
Fermentasi pakan tersebut disebut Andika sebagai rabal yang dibuat dengan mencampurkan beberapa bahan. “Yang saya kerjakan sama petani itu yakult-nya 5, dedak 1kg, molasenya 2 tutup, EM4 perikanan 2 tutup, ragi tape atau permifan 1 bungkus, air kelapa tua 30 liter, 2 bungkus susu kental manis sasetan, air 20 liter, diaduk,” terangnya.
Campuran tadi lantas didiamkan dalam wadah tertutup minimal semalaman. Untuk 3 liter hasil fermentasi bisa dicampurkan dengan 1,5-2 sak pakan, ditambah dengan 2 gayung air, lalu diaduk. Setelah itu barulah bisa diberikan sebagai pakan ikan yang dibudidayakan. Dalam sehari, ikan nila diberi pakan sebanyak 2 kali.
Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan fermentasi tersebutpun hanya sekitar Rp25 ribu. Sangat murah jika dibandingkan harus mengeluarkan 20-an sak pakan dengan total biaya lebih dari Rp600 ribu.
Fermentasi pakan merupakan solusi yang perlu segera disosialisasikan dan implementasikan para pembudidaya ikan agar pengeluaran bisa ditekan dan hasilnya kian meningkat. Adanya fasilitas pendampingan dari penyuluh perikanan sebagai perpanjangan tangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun dapat dimaksimalkan untuk pelatihan teknis budidaya dan pengembangan usaha.
Bukan hanya itu, pembudidaya juga bisa mengambil peluang permodalan dari satuan kerja KKP, yakni Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP). Dengan demikian, usaha perikanan dapat menjadi mata pencaharian utama masyarakat.