M. Hariyanto (50) menjadi tonggak penting dalam pengembangan lele di Desa Tlogorejo, Kecamatan Kepohbaru Bojonegoro. Dengan semangat pantang menyerah dan kerja keras, ia berhasil mendorong pertumbuhan usaha budidaya lele dengan pendekatan yang tidak hanya menguntungkan dirinya, tetapi juga banyak orang di sekitarnya.
Perjalanan usaha Hariyanto tidaklah mulus, ia pernah mengalami kegagalan dalam usaha dibidang telekomunikasi. Namun, pengalaman pahit tersebut tidak menghentikannya untuk terus berkembang. Ia pun bangkit dengan merambah berbagai unit usaha budidaya lele.
“Mulai dengan fokus pembesaran lele dua siklus pada 2008, dan baru merambah ke pembenihan pada tahun 2009. Masyarakat sekitar pun banyak yang tertarik, sampai mereka pun budidaya juga,” terangnya.
Dalam mendukung masyarakat sekitar, Hariyanto berikan pendampingan kepada pembudidaya. Mulai dari edukasi tentang cara menghasilkan lele berkualitas hingga menciptakan pasar bagi para petani untuk menjual produk budidaya lele. Bahkan kini, ia pun mampu menyediakan fasilitas seperti benih dan pakan bagi pembudidaya yang tidak memiliki modal tanpa membebankan biaya tambahan.
Konsep menyebarkan manfaat yang dilakukan Hariyanto telah dinikmati oleh puluhan orang di desanya. Dengan fokus pada pembenihan dan pembesaran lele, usaha budidaya lele menjadi kegiatan utama di kampungnya. Tanah-tanah yang sebelumnya tidak produktif kini dimanfaatkan dengan baik.
Dalam upaya menghadirkan berbagai pilihan bagi konsumen, jenis lele yang dikembangkan pun beragam. Mulai dari mosamo, paiton, sangkuriang hingga jenis Mutiara. Untuk pemasarannya, para pembudidaya berhasil menciptakan pasar di rumah, dengan pembeli yang datang langsung. Selain itu, terdapat juga 8 pasar yang menjadi tempat penjualan lele di Bojonegoro.
Dalam mengembangkan usahanya, Hariyanto memanfaatkan lahan yang dimilikinya dengan modal usaha dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP). Hasilnya, saat ini ia mengelola 48 petak kolam untuk pembenihan dengan ukuran 2 x 5 meter, dan 4 kolam pembesaran dengan ukuran masing-masing 27 x 8 meter.
“Sedikitnya 600 ribu benih lele per bulan bisa dihasilkan. Kalau yang siap konsumsi, ukuran 9-12 ekor per kilogram, bisa mencapai 4,5 – 5 kwintal. Saya jual Rp20.500 per kilogram untuk yang siap konsumsi,” terangnya.
Hariyanto menjalankan usahanya dengan motivasi untuk mengangkat lele sebagai produk unggulan daerahnya. Ke depan, ia bermimpi menjadikan kampungnya sebagai kampung budidaya yang dapat menjadi ikon dalam pembenihan dan budidaya lele di masa depan.