Lamongan – Kecamatan Paciran merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Lamongan Jawa Timur yang memiliki potensi laut yang besar karena menghasilkan berbagai jenis ikan bernilai ekonomi tinggi, seperti ikan layang, kakap merah, cakalang, tenggiri, dan tongkol. Tak heran, sebagian besar warganya berprofesi sebagai nelayan, termasuk warga Desa Kranji.
Dibalik potensi tersebut, berbagai tantangan harus dihadapi antara lain cuaca, stok bahan bakar, dan modal. Padahal ketiga hal tersebut sangat penting bagi nelayan untuk menangkap ikan. Oleh karena itu, solusi sangat dibutuhkan agar nelayan bisa melaut dengan tenang.
Muhammad Suid, salah satu nelayan mengatakan, harga jual beli ikan yang tidak stabil juga menjadi kendala sehingga mempengaruhi permodalan melaut. Ketika hasil tangkapan melimpah, Ia berharap harga yang stabil untuk menjaga pemasukan. Sebab pemasukan dari penjualan tersebut akan digunakan sebagai modal untuk melaut selanjutnya.
Belum lagi masalah kerusakan alat tangkap yang bisa terjadi sewaktu-waktu, nelayan Kranji sebelumnya harus membeli ke luar daerah yang jaraknya puluhan kilometer. Itupun harus dibayar tunai. “Paling dekat itu di Karangagung, sekitar 20-30 kilometer dari sini. Lalu masalah keuangan, kalau nelayan beli di toko lain dengan sendirinya tidak bisa ngutang, harus bawa uang cash,” kata Munalin, Kamis (7/4/2022).
Menjawab berbagai masalah tersebut, lahirlah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tongkol pada tahun 2008. KUB tersebut kemudian berkembang menjadi koperasi pada 2010 dengan nama Koperasi Serba Usaha (KSU) Tongkol.
KSU Tongkol memberikan layanan kepada nelayan dengan membuka toko yang menjual berbagai peralatan melaut. Mereka bisa membeli dengan cara tunai atau cicilan yang pembayarannya dilakukan setelah mendapatkan pemasukan dari hasil tangkapan. Namun, fasilitas cicilan diberikan hanya kepada anggota. Hal ini mendorong nelayan berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai anggota. Bahkan, bakul atau pengepul ikan juga dapat difasilitasi permodalan dari koperasi dengan bunga yang ringan.
Munalin, Ketua KSU Tongkol, dan anggotanya pun melakukan pengelolaan terhadap Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kranji. Sejak dikelola koperasi, situasi TPI menjadi lebih kondusif, aman, dan nyaman bagi masyarakat yang bertransaksi. Harga jual-beli ikanpun menjadi lebih terkendali dan meminimalisasi permainan tengkulak.
Perkembangan KSU Tongkol tidak terlepas dari kekompakan anggota koperasi dengan misi yang menyatukan, yaitu ingin meningkatkan kesejahteraan nelayan, serta sistim administrasi yang baik.
Semakin besar kebutuhan nelayan dan masyarakat terhadap layanan koperasi, ternyata membuat KSU Tongkol membutuhkan suntikan modal. Berkat pengelolaan koperasi yang baik, Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan yakin memberikan pinjaman modal sehingga KSU Tongkol dapat memberikan layanan dengan maksimal.