Nekad tidak juga. Lebih tepatnya yakin mampu melakukan usaha dengan belajar dan pantang menyerah. Empat tahun dilalui penuh tantangan, tak membuat H Barna bosan untuk terus belajar dan belajar bagaimana cara membudidaya ikan yang baik.
Hasil tak akan pernah mengkhianati usaha. Kata-kata bijak itu berlaku, saat perlahan tapi pasti, usaha bapak 60 tahun itu mulai membuahkan hasil. Sejak tahun 2014 hingga 2018 adalah masa-masa penuh pembelajaran yang dilaluinya dengan penuh keyakinan. Betapa tidak, ia sebelumnya tak memiliki ilmu tentang budidaya ikan. Modalnya hanyalah sebidang kolam yang baru dibeli, lalu kemauan untuk bertanya dan minta bantuan kepada yang tahu.
“Saya beli kolam ikan, setelah beli, saya pikir bisa dimanfaatkan buat usaha. Saya yakin saat itu, jalani usaha, pasti banyak yang bisa ditanya dan diminta bantuan,” ujarnya mengawali kisah lewat sambungan telepon, Kamis (2/12/2021).
Tak hanya belajar secara otodidak, warga Kampung Cisitu Desa Karangsari Kecamatan Pangatikan Garut itu tak sungkan-sungkan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Perikanan Garut dan Tasikmalaya. Hingga ia merasa cukup memiliki wawasan, bersama beberapa rekan seperjuangan, H Barna membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Bojong Mina di tahun 2018.
Kendati demikian, proses merintis usaha bersama itupun masih terbilang sulit. Kerugian masih kerap terjadi. Semisal akibat tingginya jumlah kematian ikan ketika panen. Bahkan, ia pernah membeli 300 ekor ikan koi seharga Rp15.000.000, dengan harapan untung berlipat saat dijual nanti. Untung tak dapat diraih, ikan malah mati semua. “Saat itu, saya belum paham teknik bagaimana menangkap dan memilah ikan berdasarkan bobot, sehingga angka kematian cukup tinggi,” ungkapnya.
Buntut dari persoalan itu adalah terkendalanya perputaran modal usaha. Tingginya kematian dalam proses memanen, akan menyulitkan pembudidaya untuk kembali menebar ikan. Solusi datang ketika pada tahun 2019, H Barna bersama Pokdakan Bojong Mina mendapatkan pinjaman modal kerja dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).
Pokdakan Bojong Mina menggunakan dana bergulir dari Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tersebut untuk operasional usaha budidaya yang dijalankan.
H Barna pun mulai lebih teliti dalam menentukan jalannya bisnis budidaya ikan. Termasuk memilih ikan jenis apa yang diprioritaskannya untuk dibudidayakan. “Ketika mulai menekuni budidaya koi, saya kaget karena harga satu ekor bisa lebih tinggi dari satu kilo ikan mas,”ujarnya.
Pesan H Barna kepada siapapun yang berminat untuk menjadi pengusaha budidaya ikan, apapun jika ditekuni secara terus menerus, akan membuahkan hasil. Dan, tambahnya, jangan lupa membangun hubungan dengan banyak pihak, terutama para penjual ikan. Berkat itu semua, Pokdakan Bojong Mina sudah mampu masuk ke pasar Tasikmalaya hingga Blitar.