LPMUKP Berdayakan UMKM Perikanan Tanah Air

0
547
views

Program pinjaman/pembiayaan modal usaha yang digagas Badan Layanan Umum (BLU) Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) berkontribusi dalam pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Manfaat ini salah satunya dirasakan oleh Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) pindang dan bandeng presto Raosna di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Menurut Muhidi ketua kelompok, kehadiran LPMUKP memberikan solusi untuk kesulitan modal yang dialami.

“Kami ini binaan Dinas Kabupaten Karawang selama ini kami sulit mendapatkan modal apalagi kalau tukang pindang itu rata-rata tidak memiliki agunan, dengan adanya LPMUKP kami merasa terbantu dengan pinjaman sangat lunak,” ungkapnya.

Pinjaman berbunga ringan tersebut mereka gunakan untuk merehab dapur produksi menjadi lebih higienis sehingga produk semakin unggul. Menurut Muhidi, bandeng presto menjadi produk terlaris yang diminati semua kalangan dan usia mulai dari anak-anak hingga dewasa. Selain rasanya yang enak, keunggulannya terletak pada duri yang empuk sehingga mudah dikonsumsi.

Presto adalah cara memasak dengan uap air bertekanan tinggi. Bandeng yang telah dibumbui dimasukan ke dalam panci khusus untuk mempresto dan ditutup dengan rapat. Air di dalam panci kemudian dipanaskan hingga mendidih dan menghasilkan uap yang akan memasak makanan di dalamnya. Selama 1-2jam proses dilakukan sampai bandeng siap disajikan.

Bandeng presto hasil olahan Raosna mudah ditemui di pasar maupun toko-toko. Mereka pun menerima pesanan khusus seperti kebutuhan perkantoran dan pesanan luar daerah antara lain Majalengka, Tangerang, Bandung, dan Lampung.

Selain bandeng, usaha olahan ikan sidat juga turut merasakan dampaknya. Bentuk sidat yang mirip belut ini menjadi ikan favorit di Negeri Sakura. Masyarakat Jepang banyak mengonsumsi sidat karena kandungan proteinnya yang tinggi. Biasanya, sidat diolah menjadi berbagai makanan seperti sushi dan kabayaki.

“Sidat ini komoditi ekspor, sehingga saya yakin penyerapan pasarnya tidak akan berkurang. Tidak mungkin Jepang tidak membutuhkan sidat karena mereka tidak bisa memijahkannya di alam. Jadi, budidaya sidat ini sangat menjanjikan,” jelas Rudy.

Indonesia merupakan salah satu negara eksportir sidat. Banyak daerah yang menjadi sentra sidat salah satunya adalah Cilacap. Dalam kurun waktu dua tahun, usaha budidaya sidat Rudy telah berkembang dan akhirnya ia membentuk Koperasi Mina Sidat Bersatu.

Berkat permodalan dari LPMUKP, saat ini Koperasi Mina Sidat Bersatu berhasil mengelola 60 kolam sidat. Hasil panennya pun meningkat dari 500 kg menjadi 5 ton per bulan. Ke depan, produksi akan semakin ditingkatkan untuk mengerek kesejahteraan anggota.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here