Minahasa Utara – Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan masyarakat karena memiliki berbagai keunggulan. Termasuk di Desa Warukapas Minahasa Utara, ikan lokal ini menjadi andalan karena menyumbang pendapatan masyarakat Rp1,4-1,7 Miliyar per siklus panen.
Bahkan secara umum di Sulawesi Utara, nila memiliki nilai produksi yang sangat tinggi untuk jenis usaha budidaya. Dilansir dari Statistik Satu Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada tahun 2021 nilainya tertinggi dibanding komoditas lainnya yang mencapai lebih dari Rp4,7 Miliyar.
Dikatakan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu dalam rilis yang diterbitkan KKP, nila unggul karena pertumbuhannya yang cepat, tingkat resistensi terhadap penyakit yang tinggi, mampu bertahan pada perubahan lingkungan, dan memiliki fleksibilitas dalam media pemeliharaan.
Di Warukapas sendiri, nila dibudidayakan di kolam-kolam tanah di mana airnya bersumber dari Gunung Klabat yang sangat bersih. Rata-rata luas per unit kolam adalah 700 m2 dengan total lahan 226 hektare.
“Hampir tiap hari ada aktivitas panen untuk Desa Warukapas dengan potensi 50-60 ton/bulan,” ujar Habil Rahmadani Penyuluh Perikanan.
Guna menjaga kualitas ikan nila, Habil mengatakan pentingnya kehati-hatian pada saat pemanenan. Jangan sampai ikan mengalami lecet akibat terlalu padatnya bak tampungan karena bisa menimbulkan jamur pada tubuh ikan. Hal ini dapat berakibat pada menurunnya kesehatan ikan yang dikhawatirkan menyebabkan kematian.
“Untuk menjaga itu tampungannya dilebihkan, jangan sampai terlalu padat,” tegas penyuluh berusia 30 tahun itu.
Dari pembudidaya, nila dijual ke pengepul dengan harga Rp28.000-30.000 per kilogram dan dipasarkan di depot-depot ikan yang mereka miliki. Pembeli akan datang secara langsung untuk memilih ikan segar yang dibutuhkan.
Namun sayang, hanya sedikit sekali pembudidaya yang juga memiliki depotnya sendiri. Hal ini karena biaya yang dibutuhkan untuk memanen dan mengangkut nila dari kolam budidaya cukup besar di mana biasanya ditanggung langsung oleh pengepul.
Selain wilayah setempat, nila hasil budidaya masyarakat Warukapas juga dijual ke daerah lain di Sulawesi Utara, bahkan tembus pasar Ternate dan Halmahera di Maluku Utara, meskipun saat ini pasar lokal masih yang utama.
Besarnya potensi budidaya nila di Warukapas menjadikannya sebagai Kampung Budidaya Nila di Minahasa Utara. Tebe, sapaan untuk Tb Haeru Rahayu, berharap kawasan budidaya menjadi terintegrasi, berkelanjutan, dan produktivitasnya meningkat. Untuk mewujudkannya permodalan menjadi faktor penting yang tidak dapat digantikan, pembudidaya pun dapat mengaksesnya melalui Badan Layanan Umum (BLU) Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) KKP.