Cirebon – Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yaitu Lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah dengan fokus operasionalnya kepada sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Seperti BMT Gunung Jati yang ada di Desa Kalisapu, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.
M. Arif Rohman (47), ketua BMT Gunung Jati menceritakan, berdirinya BMT ini karena ia dan teman-temannya ingin membantu para pedagang, pengrajin, dan nelayan kecil supaya permodalan mereka lebih kuat. Akhirnya didirikanlah BMT Gunung Jati di tahun 2009 dan mulai beroperasi di tahun 2010.
Konsep dari BMT ini adalah ‘maal’ lahir dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana untuk zakat, infak, dan sedekah secara produktif. Sedangkan ‘tamwil’ lahir untuk kegiatan usaha produktif yang murni untuk mendapatkan keuntungan bagi sektor masyarakat menengah ke bawah (mikro). Saat ini anggota BMT Gunung Jati terdapat 21 orang dan nasabahnya sebanyak kurang lebih 2000 orang yang tersebar di wilayah Kabupaten Cirebon.
Uniknya, BMT Gunung Jati menggunakan sistem jemput bola, yaitu dana diambil langsung ke tempat usaha para nasabah dan tidak dikenakan biaya. Dengan adanya sistem ini, mereka menjadi terbantu karena tidak harus datang ke BMT sehingga layanan yang diberikan dapat bersaing dengan pihak bank.
“Bisa berkembang itu karena kita konsisten, artinya dari usaha yang berjalan kita bisa mengelola sehingga pendapatan yang kita terima tidak lebih besar daripada pengeluaran,” kata Arif.
Menurut Arif, UMKM di sektor kelautan dan perikanan masih membutuhkan pengembangan dalam hal permodalan. Oleh karena itu pada tahun 2018 BMT Gunung Jati memanfaatkan fasilitas pinjaman modal dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) untuk disalurkan kembali kepada nelayan, pembudidaya, dan pemasar hasil perikanan skala mikro, kecil, dan menengah.
Pada pelaksanaan tugasnya, ada saja kendala yang dihadapi. Salah satunya terkait pengembalian dana yang dipinjam nelayan. Ada yang sampai ditagihpun tidak kunjung membayar. Bahkan pernah, ada karyawan nakal yang mempermainkan uang kelolaan BMT. Semenjak itu BMT Gunung Jati menjadi lebih selektif dalam pemilihan nasabah, setiap UMKM yang ingin mengajukan dana akan disaring dulu secara ketat dan harus memiliki jaminan.
Meskipun demikian, Arif tetap merasa senang karena dapat membantu masyarakat. “Melihat mereka jadi berhasil usahanya bertumbuh itu seneng yah, ada beberapa yang sangat berkesan gitu yang tadinya usahanya masih kecil terus sekarang udah bisa beli mobil dan punya karyawan banyak gitu,” ujarnya.
Selain membantu di sektor UMKM, BMT Gunung Jati juga aktif menjadi narasumber di berbagai acara dinas, bahkan dipercaya beberapa Lembaga Pendidikan untuk membuka program magang untuk siswa/i sekolah menengah kejuruan (SMK) jurusan perbankan.