Dari Nelayan Jadi Pemasar Ikan Sukses

0
879
views

Probolinggo – Sektor kelautan memiliki peran yang besar dalam meningkatkan produksi perikanan nasional. Berbagai sentra perikanan tangkap tersebar di banyak daerah di Indonesia, salah satunya di wilayah Probolinggo, Jawa Timur. Terdapat pendaratan serta pelelangan ikan terbesar di Kota Probolinggo, yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Mayangan. Berbagai fasilitas seperti pasar ikan, cold storage, dan akses jalan yang baik, memudahkan aktivitas perekonomian masyarakat.

Potensi ini dimanfaatkan betul oleh Moch. Nauval (48). Sempat bekerja di perusahaan asing yang bergerak di bidang pengolahan ikan kerapu pada tahun 1998, ia menangkap peluang pasar yang luas untuk bidang perikanan. Selain itu, pendapatan yang diperoleh dari penjualan ikan di tempatnya bekerja tidak bisa dibilang sedikit. Berdasarkan pengalaman itulah ia memberanikan diri membuka usaha jual beli ikan pada tahun 2001.

“Saya pernah usaha lain seperti kayu sengon dan properti, tapi ditipu orang. Akhirnya ya saya kembali ke bisnis ikan saja yang memang saya sudah tahu seluk beluknya,” tutur Nauval yang hingga kini telah 20 tahun di dunia perikanan.

Jenis ikan yang biasa dibeli Nauval dari para nelayan PPI Mayangan, yaitu ikan lemuru, kembung, tamban, tongkol, layang, dan ikan semar. Selanjutnya, ikan-ikan tersebut ia bersihkan dan dikemas untuk dijual kembali ke pabrik sarden yang berada di wilayah Probolinggo, bahkan penjualan ikan sudah sampai ke pabrik-pabrik di Jakarta, Bandung, dan Sumatera.

Selain beberapa jenis ikan di atas yang diperoleh secara harian, Nauval juga memasarkan ikan kerapu yang biasanya diperoleh sebulan sekali dari pembudidaya kerapu di Situbondo dan Lamongan. Ketersediaan kerapu sangat bergantung pada musim panen. Namun, daya jual yang tinggi karena menyentuh pasar ekspor, menarik minat Nauval untuk terjun ke pemasaran kerapu.

“Ikan kerapu jenisnya banyak, yang paling mahal kerapu tikus, bisa Rp500 ribu per kilogram,“ tuturnya melalui sambungan telepon dengan sumringah.

Dalam menjalankan usahanya, Nauval kerap menghadapi kendala, yaitu kondisi cuaca yang tak menentu dan tak sedikit mitranya yang menunggak pembayaran. Akibatnya modal untuk membayar ikan ke nelayan menjadi tersendat. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, ia memanfaatkan pinjaman modal kerja yang diberikan oleh Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dana yang diperoleh digunakannya untuk membayar ikan dari para nelayan secara tunai, serta mendukung pembuatan kapal.

Berkat prinsip menjaga kejujuran dan kerja kerasnya dalam menjalankan usaha pemasaran ikan, Nauval mampu menghasilkan pendapatan bersih ratusan juta tiap bulannya.

“Omset saya saat ini kurang lebih Rp100 sampai Rp150 juta lah tiap bulan, tergantung dari dapat ikannya, kadang bisa naik bisa turun,” ujar Nauval.

Tak hanya pendapatan yang tinggi, Nauval juga mampu menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi ilmu kedokteran di salah satu universitas terkemuka di Malang. Bahkan, ia juga meningkatkan perekonomian masyarakat setempat karena memiliki 25 orang karyawan dari kalangan saudara dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here