Bukan Promosi, Tapi Abon Ikan Memang Baik

0
1293
views

Bandung – Diolah tanpa menggunakan minyak goreng, penyedap dan bahan pengawet, Rumah Abon menawarkan sekitar 11 varian abon dari bahan baku ikan yang beragam pula. Tak hanya abon, hasil olahan lain juga tersedia, seperti udang krispi, ikan teri krispi, batagor kering dan juga kuku macan.

“Inovasi teknik produksi kami yang mungkin berbeda dengan lainnya, sehingga memberikan hasil abon ikan yang kering serta rasa yang berbeda,” kata Johan Yuniarto, pemilik Rumah Abon, sebuah industri pengolahan dan pemasaran hasil olahan ikan di Kelurahan Darwati, Kecamatan Rancasari Kota Bandung.

Ada nada promosi di kalimatnya. Namun sebenarnya tidak demikian. Pria berusia 65 tahun ini telah terbiasa mengedukasi masyarakat tentang kandungan dan manfaat mengonsumsi abon berbahan dasar Ikan. “Orang kita belum terlalu kenal dengan abon ikan, tantangannya kita harus mengedukasi mereka,” jelas pensiunan Kementerian Pertanian yang mulai merintis usaha sejak September 2010.

Tantangan terberat, yang sekaligus sebagai titik balik usahanya, adalah ketika ramai isu di masyakarat ditemukan abon sapi bercampur daging celeng. Di satu sisi, kudapan jenis abon-abonan tercoreng, tapi di sisi lain ada celah untuk mengenalkan abon ikan ke masyarakat.

Mantan pegawai negeri, yang lama berkecimpung di dunia kesehatan ternak ini, mengaku kasus abon celeng mengilhaminya untuk membuat abon berbahan baku ikan. Melalui proses mencoba resep yang paling cocok, berkali-kali ujicoba pasar, hingga meminta testimoni tetangga dan saudara, ditemukanlah rasa yang dianggap cocok di lidah konsumen.

“Orang kan taunya ikan hanya digoreng atau dibakar. Setelah saya pensiun, saya coba-coba buat usaha sama teman. Saya terpikir coba buat abon dari ikan,” cerita alumni salah satu kampus di Jakarta ini melalui sambungan telepon, Rabu (24/11/2021).

Tak selesai di situ, tantangan berikutnya adalah pemasaran. Viralnya abon daging celeng berbuah penolakan masyarakat terhadap makanan olahan sejenis. “Kita jatuh bangun selama enam atau tujuh bulan. Saya sempat down, nitip di toko dengan harga murah pun kurang laku, karena memang masyarakat belum paham abon ikan,” ceritanya.

Tapi itu cerita masa sulit sekitar 10 tahun lalu. Kini, Rumah Abon terus eksis mengikuti perkembangan pasar. Dari bazar ke bazar, hingga memanfaatkan jejaring reseller, ragam olahan ikan sampai ke masyarakat luas, khususnya Kota Bandung dan sekitarnya. Ada abon rasa manis, original dan pedas. Pilihan ikannya beragam, ada air tawar dan juga laut. Untuk ikan air tawar diantaranya belut, patin, lele, gabus dan gurame. Sedangkan untuk ikan laut ada tuna, cakalang, bawal, kakap dan salem.

Johan mengungkapkan, untuk terus melakukan inovasi dan mengembangkan usahanya ia membutuhkan dukungan modal yang cukup. Untuk itu ia memanfaatkan program dana bergulir dari Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) sejak Agustus 2021.

Prinsip Johan dalam menjalankan usaha adalah selalu berpegang pada bagaimana memberikan kepuasan kepada konsumen atau mitra usaha dengan layanan terbaik. Edukasi kepada mitra usaha diyakini memberi efek positif bagi perkembangan usahanya. Berbagi ilmu terus dilakukan, seperti menjadi pembicara dalam berbagai workshop yang kerap digagas kementerian atau pemerintah daerah.

“Alhamdulilah, saya jadi bisa kenal orang banyak dari abon yang saya olah. Selain itu, saya juga jadi bisa berbagi ilmu dengan banyak orang, saya senang berbagi ilmu,” katanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here