Brebes – Siapa yang tak kenal Brebes, salah satu kabupaten di jalur Pantura ini berada di bagian utara Provinsi Jawa Tengah. Tak hanya dikenal dengan telur asin dan bawangnya, daerah ini memiliki potensi besar di bidang perikanan, yaitu ikan bandeng.
Bandeng menjadi komoditas yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba. Menurut data yang dimiliki Sofiyan Penyuluh Perikanan, saat ini di sana terdapat 625 hektare tambak bandeng. Produksinya mencapai 560 ton/tahun dengan nilai Rp11 miliyar. Dengan potensi sebesar ini, tak ayal jika Grinting ditetapkan menjadi Kampung Perikanan Budidaya Ikan Bandeng oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Memiliki nama latin Chanos chanos atau dalam Bahasa Inggris disebut milkfish, budidaya bandeng Grinting menggunakan media tambak tanah yang rata-rata per tambak luasnya 2 hektare. Air dalam tambak diperoleh dari saluran-saluran yang dibuat untuk mengalirkan air laut yang mengalir melalui sungai-sungai. Para pembudidaya sepenuhnya mengandalkan pasang surut air laut, di mana ketika pasang maka pintu air akan dibuka sehingga air masuk ke dalam tambak.
Dalam tambak, bandeng diberi pakan alami seperti plankton, lumut, dan klekap. Klekap sendiri adalah kumpulan jasad renik yang tumbuh di permukaan dasar tambak, diantaranya terdiri atas alga biru, diatom, bakteri, dan jasad renik hewani. Untuk meningkatkan ketersediaan pakan alami tersebut, pembudidaya memberikan pupuk ke dalam tambak, seperti urea, ZA, dan phonska.
“Hanya beberapa orang saja yang menggunakan pakan pelet, sebagian besar menggunakan pakan alami. Kita menumbuhkan pakan alaminya kan pake pupuk,” kata Sofiyan melalui sambungan telepon, Selasa (12/7/2022).
Sofiyan melanjutkan, pakan dari alam membantu para pembudidaya hemat biaya operasional terutama biaya pembelian pakan. Perbedaan jenis pakan yang diberikan antara pakan alami dengan pelet tidak signifikan mempengaruhi bentuk fisik dan kualitas bandeng.
Dalam kurun waktu 5-7 bulan, bandeng telah siap dipanen oleh para pembudidaya. Untuk pemasarannya saat ini masih mengandalkan para pengepul, meskipun ada juga sedikit dari mereka yang menjualnya langsung ke pasar lokal. Untuk 1 kilogram dengan isi 6-8 ekor bandeng, biasa dijual dengan harga berkisar Rp20.000, sedangkan yang berukuran besar dengan isi 1-2 ekor dijual Rp30.000.
Pembudidaya bandeng di Grinting seringkali terikat secara emosional dengan para pengepul yang telah lama menjadi mitranya. Hal ini membuat mereka sungkan jika ingin mengajukan harga jual lebih tinggi dibanding penawaran yang diberikan. Oleh karena itu, penyuluh perikanan sangat berharap pembudidaya dapat meluaskan pasar sehingga bisa meningkatkan posisi tawar harga jual bandengnya.
Usaha budidaya tidak lepas dari modal. Kebutuhan operasional seperti untuk beli benih, gaji pekerja, pembelian sarana prasarana dalam bentuk jaring dan serok, hingga kebutuhan perawatan tanggul dan menguras lumpur endapan tambak, memerlukan dana yang besar. Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui unit kerja Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) memberikan dukungan dan kesempatan yang besar atas akses permodalan kepada para pelaku usaha kelautan dan perikanan Indonesia.