Sumbawa Barat – Kekayaan laut di Indonesia bukan hanya ribuan jenis ikan. Masih banyak komoditas lain yang menjanjikan. Contohnya rumput laut, bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti agar-agar, manisan, atau menjadi olahan untuk bahan baku industri bila diekstraksi.
Saidi (50) adalah salah seorang yang jeli memanfaatkan anugerah dari laut Indonesia. Ia menjalankan usaha budidaya rumput laut sejak tahun 2012. Bermodal pengetahuan turun temurun ayahnya, yang juga petani rumput laut, jebolan sekolah dasar ini secara otodidak sukses membangun usahanya sendiri hingga mempekerjakan 40-an petani rumput laut.
Hasil budidayanya, berupa rumput laut basah dan kering, dijual hingga ke luar pulau, seperti Bali, Surabaya, dan sebagian Sulawesi. Saat ini, permintaan rumput laut kering lebih banyak ketimbang yang basah. “Permintaan rumput laut kering lebih banyak, karena biasanya diolah jadi berbagai jenis makanan. Sedangkan rumput laut basah hanya dijual ke konsumen untuk pembibitan, biasanya kami jual ke daerah Sereweh Lombok Timur,” katanya, saat dihubungi lewat telepon, Senin (1/11/2021).
Satu periode panen rumput laut memerlukan waktu kurang lebih 45 hari. Rata-rata, Saidi bisa menghasilkan rumput laut hingga 12 ton. Bahkan, dalam kondisi baik, yaitu saat musim hujan, bisa menghasilkan hingga 40 ton dalam sekali panen.
Mengenai harga, ada perbedaan antara rumput laut kering dan basah. Rumput laut basah dijual di kisaran Rp2.900 sampai Rp3.000/kg. Sedangkan untuk yang kering mencapai Rp18.000 hingga Rp19.000/kg. “Usaha rumput laut ini sangat menjanjikan. Bisa dikatakan 80% pasti untung. Rata-rata masyarakat di Labuan Kertasari ini mayoritas menanam rumput laut, mereka masing-masing punya lahan,” katanya.
Di samping mengembangkan pembudidayaan sendiri, Saidi juga melihat peluang dari keseharian masyarakat Desa Kertasari yang sudah terbiasa membudidayakan rumput laut. Ia menjual peralatan untuk pembibitan rumput laut, seperti tali dan fasilitas budidaya lainnya, kepada masyarakat sekitar tempat tinggalnya itu.
Usahanya kini kian berkembang. Satu hal yang Saidi tak lupa, bahwa rumput laut sangat bergantung pada alam. Sebagai pengusaha yang baik, ia harus memiliki tanggung jawab untuk menjaga ekosistem rumput laut. Ekosistem yang terjaga sangat penting bagi keberlangsungan budi daya rumput laut. Terutama yang berhubungan dengan pengelolaan limbah. Rumput laut itu sangat sensitif, ujarnya, jadi jangan sampai ada masyarakat yang membuang potasium, minyak atau oli bekas ke areal budidaya rumput laut.
Dalam mengembangkan usahanya, Saidi memperoleh kesempatan mendapatkan bantuan permodalan dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP). Melalui dana bergulir dari badan layanan umum (BLU) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini, ia berniat terus mengembangkan usahanya. ke depan, Saidi berniat mengembangkan usaha rumput lautnya lebih luas lagi melalui produk olahan. “Semoga rencana ini bisa terwujud dengan dukungan semua pihak,” pungkasnya.