Situbondo – Sopan dalam bersikap dan santun bertutur kata adalah modal utama Catur Setio Sudarsono menjalani profesi sebagai pendamping. Perangai baik dalam berkomunikasi itu selalu dijaga setiap bertemu dengan banyak orang yang beragam karakter.
Catur, begitu sapaan pria 56 tahun itu, adalah lulusan Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Muhamadiyyah Jember. Selepas kuliah, ia memilih mengabdikan diri bagi masyarakat sesuai ilmu yang diperoleh. Latar belakang pendidikan dan pengalamannya cocok dengan dunia koperasi dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Sejak tahun 2003, kelahiran Pare Kabupaten Kediri itu, sudah masuk ke dunia pendampingan tepatnya dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP). Program yang pernah digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu memiliki tujuan menanggulangi kemiskinan masyarakat nelayan, terutama para nelayan buruh, sehingga tercapai tingkat kesejahteraan.
Lebih 10 tahun ia mengabdikan diri untuk masyarakat kelautan dan perikanan. Di samping itu, ia juga pernah bekerja pada sebuah koperasi di Kabupaten Situbondo. “Paling senang dari mendampingi masyarakat itu kita jadi banyak teman, banyak saudara. Nambah rezeki juga,” selorohnya dalam obrolan pada Jumat (12/11/2021).
Sejak 2017, Catur menjadi pendamping Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP). Ia menjadi ujung tombak Badan Layanan Umum (BLU) di bawah KKP ini untuk Lokasi Layanan Pendampingan (LLP) Kabupaten Situbondo. Berbagai pelaku usaha kelautan dan perikanan ia dampingi, ada pemasar ikan, pengolahan ikan pindang, budidaya dan pembenihan, pembenihan ikan kerapu, budidaya lele, termasuk juga nelayan.
Selama melakukan pendampingan langsung ke masyarakat itulah ia banyak memperoleh pelajaran berharga. Karakter serta latarbelakang masyarakat yang beragam menjadikan kegiatan pendampingan sangat dinamis. Terutama akan hal-hal yang menantang.
“Pernah saya mengingatkan debitur untuk membayar angsuran pinjaman tepat waktu. Pas ditagih eh malah lari dan memprovokasi teman-temennya yang lain. Agak emosi juga dibuatnya. Tapi saya coba diskusikan dan beri masukan hingga mereka paham,” tuturnya.
Dari pengalaman semacam itu, ia melihat komunikasi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pendampingan. Ia percaya, dengan tetap menjaga sopan santun saat berkomunikasi, semua akan dimudahkan. “Baik menghadapi yang muda, apalagi yang tua. Sopan santun memudahkan kita melakukan pendekatan, memberikan pengertian dan motivasi,” simpulnya.
Menginjak usia senjanya kini, Catur ingin terus mengabdi. Prinsipnya, selama ia masih memiliki tenaga dan pikiran yang bisa ia berikan menjadi suatu kebaikan bagi masyarakat, ia akan terus berkiprah di dunia pemberdayaan. “Mumpung masih ada umur dan kondisi sehat,” pungkasnya.