Rezeki Mengalir dari Hasil Perikanan

0
1262
views

Bengkulu Utara – Mengelola kolam budidaya ikan bukanlah pekerjaan sulit. Sebab itulah, Haryanto memilih pekerjaan utama sebagai pembudidaya ikan meski seorang sarjana lulusan Fakultas Hukum Pidana Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bahkan, masih banyak waktu luangnya yang bisa digunakan untuk berkontribusi di Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebagai pengelola unit usaha perikanan.

Hary, panggilan sehari-hari pria berusia 34 tahun ini, yakin rezeki datang dari mana-mana yang tidak diketahui. Sepanjang mau berusaha, hasil akan didapat. Prinsip ini yang dipegangnya sampai sekarang. Termasuk sumber nafkah utamanya sekarang yang sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan latar belakang pendidikan formalnya.

“Fleksibel ajalah. Rezeki itu kan mengalir, usaha itu kan mengalir,” ucap Hary melalui sambungan telepon Selasa (30/11/2021).

Bila ditarik sekian tahun ke belakang, orangtua Hary adalah transmigran asal Jawa yang ditempatkan di Bengkulu. Bisa dikata, Hary sudah terbiasa dengan kehidupan keras. Itu bisa terlihat saat kuliah di Jogja, ketika ia pernah berjualan kain dan bakso gerobakan, demi menuntaskan pendidikannnya. “Dulu senangnya jualanlah,” ceritanya.

Saat kembali ke Bengkulu, ia mulai mengawali hidup dari rawa seluas satu hektare pemberian orangtua yang disulap menjadi kolam ikan nila dan mas. Lahan rawa di Desa Sidoluhur, Padang Jaya, Bengkulu Utara itu, dipadatkan menggunakan alat berat. Kolam sengaja dirancang kokoh agar tidak mudah longsor.

Hary tidak sendiri, saudara dan orangtuanya juga melakukan hal yang sama. Kalau ditotal, ada sekitar enam hektare lahan yang dikelola menjadi kolam budidaya milik keluarga tersebut. Ikan mas dan nila ditebar bersamaan, sehingga panennya pun bareng setiap empat setengah sampai lima bulan sekali.

Dari panen, yang biasanya memakan waktu sampai tiga hari, hasilnya dipercayakan ke mitra usaha untuk dipasarkan ke Jambi dan Lubuk Linggau. Harga jual nila Rp19,9-20 ribu per kilogram, sedangkan mas Rp23-24 ribu per kilogram. “Rejeki itu kan dibagi-bagi, ada yang bakatnya di dagang, ada yang dipelihara,” kata lelaki yang sudah menjadi ayah satu anak itu.

Sejauh ini, Hary merasa budidaya ikan itu mudah dan perputaran uangnya cepat. Keberhasilannya jauh lebih besar dibanding risiko kerugian. Apalagi, penyakit pada ikan biasanya mudah ditanggulangi.

Kendala utama budidaya, tambahnya, adalah keterbatasan modal. Terutama untuk membeli pakan ikan. Namun, sekali lagi, problem Hary teratasi semenjak ia mendapatkan permodalan dana bergulir dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP). Ia tercatat menjadi debitur badan layanan usaha (BLU) di bawah Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) itu sejak April 2021.

Pinjaman modal ia gunakan untuk membeli bibit ikan, sehingga siklus tebar sehabis panen dapat terus berputar. Tak hanya untuk kolam milik keluarga, Hary berharap ke depannya pinjaman permodalan dapat juga dimanfaatkan untuk merangkul warga sekitar bersama-sama menjadi pembudidaya ikan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here