Optimalkan Lahan, Cara Pembudidaya Emas Hijau Raih Keuntungan

0
577
views

Poso – Dengan optimalisasi lahan seluas 74,24 ha, pembudidaya di Desa Tokoranda mampu hasilkan 54,6 ton emas hijau. Emas hijau atau rumput laut mampu menghasilkan keuntungan yang fantastis, sedikitnya Rp2 Milyar per tahun diraup para pembudidaya.

Terdapat dua jenis rumput laut yang dibudidayakan di daerah ini, yaitu jenis Eucheuma Cottonii dan Eucheuma Spinosum. Kedua jenis rumput laut tersebut merupakan bagian dari jenis rumput laut merah atau Rhodophyta.

Dalam perkembangannya, kedua jenis rumput laut memiliki habitat yang sedikit berbeda. Hal ini tentunya disiasati oleh para pembudidaya untuk mengoptimalkan lahan budidaya yang mereka miliki untuk meningkatkan hasil produksi.

Habitat dari cottonii adalah pada daerah pasang surut atau menempel pada permukaan yang keras seperti terumbu karang. Pertumbuhan cottonii sangat dipengaruhi oleh galur, bagian cabang, serta umur bibit yang digunakan.

Berbeda dengan cottonii, jenis spinosum dapat tumbuh pada perairan yang berarus. Selain itu, perairan berpasir atau berlumpur juga sangat cocok untuk mengembangkan jenis spinosum.

Mengenai harga jual di pasaran, jenis cottonii kering dijual Rp25.000/kg dan Rp5.000-6.000/kg untuk yang basah. Sementara itu, spinosum kering dijual dengan harga Rp6.000/kg, lalu yang basah Rp3.000/kg.

Karena selisih harga jual, rumput laut jenis cottonii lebih banyak ditanam oleh pembudidaya. Adapun jenis spinosum ditanam untuk menjadi pelengkap dan hanya ditanam pada lahan yang kurang cocok dengan jenis cottonii.

“Karena spinosum ini tumbuhnya mudah dan tidak mengenal tempat khusus, spinosum ditanam sebagai pelengkap. Jadi kalau misalkan ada lahan yang tidak cocok dengan cottonii, baru spinosum ditanam,” terang Husni Penyuluh Perikanan Kabupaten Poso.

Mengenai teknik budidaya, rumput laut ditanam dengan metode Long Line, yaitu dengan dipasangkan pada tali yang membentang di permukaan laut. Para pembudidaya rata-rata memiliki puluhan tali di lahan yang mereka miliki dengan panjang 20 m per tali. Selain itu, mereka juga turut memasangkan tanda berupa jangkar dan pelampung sebagai batas lahan yang digunakan.

Tak hanya dirasakan manfaatnya bagi 72 orang pembudidaya, rumput laut juga turut memberi kehidupan bagi masyarakat lainnya. Usaha budidaya rumput laut telah menyediakan lapangan pekerjaan masyarakat, tak terkecuali bagi perempuan di desa.

“Rumput laut itu kan benihnya sebelum ditanam diikat terlebih dahulu di tali. Untuk mengikat bibit ini di tali biasanya pembudidaya membayar tenaga masyakat untuk memasangnya. Untuk ukuran tali sepanjang 20 m, mereka diupah Rp5.000-6.000,” tutup Husni.

Sebagai komoditas unggulan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menggenjot produksi rumput laut tanah air. Berbagai upaya pun turut dilakukan termasuk menetapkan Desa Tokoranda menjadi kampung rumput laut. Selain itu modal usaha yang berpendampingan juga digulirkan KKP melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here