Pekalongan – Berbagai jenis ikan nila memiliki potensi menguntungkan untuk dibudidayakan. Ikan ini mampu beradaptasi dengan kondisi salinitas lingkungan yang beragam. Seperti ikan nila salin, komoditas yang merupakan jenis nila unggul yang sebelumnya telah melalui proses adaptasi salinitas atau kadar garam dari tawar ke payau sebagai habitatnya. Hal ini tentunya memperkaya hasil perikanan Pekalongan, di samping hasil perikanan laut dan tawarnya yang melimpah.
Selain bisa hidup di air berkadar garam lebih tinggi, ikan nila salin juga memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan varietas ikan lainnya. Hal tersebut tentunya menjadi daya tarik bagi para pembudidaya untuk beralih dan memperkaya komoditas ikan budidayanya.
“Keinginan masyarakat memang mulai beralih ke komoditas nila. Dari segi padat tebar jauh dengan bandeng. Dalam luas permeter persegi tambak, ikan bandeng hanya bisa dibudidayakan 1-2 ekor, sedangkan ikan nila salin bisa hingga 1-10 ekor per m2. Selain itu masa budidaya ikan nila salin terbilang lebih cepat dibanding ikan lain. Dalam waktu empat bulan, ukurannya telah siap untuk dipanen,” jelas Juhlisyukur Pramono Darmo Penyuluh Perikanan Kabupaten Pekalongan.
Lebih spesifik, di Desa Api-Api Kabupaten Pekalongan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa memiliki lahan tambak air payau yang cukup luas. Kondisi ini pun menjadi faktor pendukung untuk budidaya. Selanjutnya, untuk mengoptimalkan lahan tak jarang penyuluh pun menyampaikan mengenai modal sebagai hal terpenting yang harus disiapkan pembudidaya.
“Modal yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan nila salin terbilang lebih murah dibandingkan dengan budidaya ikan lainnya. Di mana rasio pakan sebagai modal terbesar yang harus dikeluarkan atau Food Convention Ratio (FCR) itu untuk menghasilkan 1 kilo daging membutuhkan 1-1,4 kg pakan. Hal tersebut tentunya terpenuhi dengan harga jual yang stabil mulai dari Rp20.000/kg saat dijual ke pengepul,” tambah Darmo.
Peluang budidaya ikan nila salin di Pekalongan pun tidak terlepas dari hambatan. Hama pemangsa ikan dan debit air yang cukup harus diantisipasi oleh para pembudidaya. Darmo menambahkan, hal tersebut diakui menjadi tantangan lain untuk bisa meyakinkan masyarakat agar mereka tetap tertarik membudidayakan nila salin.
Sebelumnya Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengembangan sektor perikanan Kabupaten Pekalongan khususnya Desa Api-api untuk menjadi kampung budidaya. Berbagai bentuk dukungan KKP pun digulirkan untuk menumbuhkan perekonomian pembudidaya ikan nila salin tak terkecuali dalam bentuk dukungan permodalan melalui satuan kerjanya, yaitu Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).
“Diharapkan dengan ditetapkannya daerah ini menjadi kampung budidaya masyarakat semakin tertarik untuk membudidayakan nila salin. Harapan jangka panjangnya hal ini mampu menghasilkan jumlah produksi nila salin dari Pekalongan sehingga bisa mengatur harga di pasaran dan memicu persaingan sehat dengan komoditas ikan lain,” pungkas Darmo.