Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) turut berperan aktif dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). FGD ini dilaksanakan untuk merumuskan strategi penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan Indonesia berbasis ekonomi biru. Strategi ini melibatkan aspek standardisasi, inovasi produk dan nilai tambah, penerapan ketertelusuran dan rantai dingin, pengelolaan logistik ikan, pemberdayaan usaha, akses pembiayaan dan investasi, serta promosi dan akses pemasaran.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo, menyatakan dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (27/12/2023), bahwa salah satu fokus strategi adalah menciptakan produk berkualitas tinggi dan inovatif yang memenuhi standar pasar internasional, dengan tujuan menguasai pasar dalam negeri. Budi optimis bahwa target pemasaran produk perikanan Indonesia telah mengacu pada kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri, dengan nilai ekspor produk kelautan dan perikanan ditargetkan mencapai USD 8,5 miliar dan nilai perdagangan dalam negeri sebesar Rp 796,93 triliun pada tahun 2029.
Strategi lain yang diusung oleh KKP, seperti dijelaskan oleh Budi, adalah pemanfaatan teknologi pengolahan ramah lingkungan dengan dukungan pemenuhan bahan baku sesuai standar, harga stabil dan wajar, serta penerapan sistem rantai dingin dan logistik ikan yang efisien, koneksitas, dan kompetitif.
“Pemenuhan bahan baku berkualitas adalah salah satu bagian dari penerapan sistem logistik dan rantai dingin dalam satu sistem yang bergerak bersama,” terang Budi.
Pada Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan pada 20 Desember 2023 di Jakarta, LPMUKP bersama Ditjen PDSPKP dan 300 stakeholders terkait dibagi menjadi beberapa tema diskusi pendalaman. Termasuk diantaranya logistik, komoditas ikan hias dan mutiara, komoditas udang, komoditas rumput laut, dan komoditas tuna.
Budi juga mengajak para pemangku kepentingan, seperti asosiasi dan pengusaha, untuk bersama-sama menjaga kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan, termasuk menjaga kebersihan laut dari sampah plastik. Dalam konteks ini, Budi menekankan bahwa keberlanjutan bisnis kelautan dan perikanan terkait erat dengan proses bisnis dari hulu hingga hilir, termasuk pemasaran, logistik, dan pembiayaan usaha.
Dalam FGD tersebut, hadir beberapa asosiasi pelaku usaha perikanan, termasuk asosiasi pengolahan hasil perikanan, asosiasi logistik, asosiasi perikanan tangkap, asosiasi perikanan budi daya, asosiasi rumput laut, hingga asosiasi ikan hias dan Mutiara.
Di akhir kegiatan Budi menyampaikan keinginannya untuk memperkuat wadah komunikasi antara jajarannya dengan para pemangku kepentingan lain. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar forum bulanan diadakan secara rutin untuk menjaga soliditas sekaligus memperkuat daya saing sektor kelautan dan perikanan.