Karawang – Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) terus berupaya membantu usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam mengembangkan usahanya. Program pembiayaan dengan bunga rendah nampaknya berhasil membantu banyak pihak.
Manfaat ini salah satunya dirasakan oleh Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) pindang dan bandeng presto Raosna di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Menurutnya program yang diluncurkan oleh LPMUKP membantu para pengolah bandeng.
“Kami ini binaan Dinas Kabupaten Karawang selama ini kami sulit mendapatkan modal apalagi kalau tukang pindang itu rata-rata tidak memiliki agunan, dengan adanya LPMUKP kami merasa terbantu dengan pinjaman sangat lunak,” kata Ketua Poklahsar Raosna Muhidi.
Dengan pinjaman berbunga ringan tersebut pengolah di Desa Jayamukti, Kecamatan Besar bisa membangun dapur produksi yang lebih higenis sehingga produk yang dihasilkan semakin unggul.
Menurut Muhidi, di wilayahnya produk terlaris yakni bandeng presto. Sebab, peminatnya mulai dari dewasa hingga anak-anak. Dengan duri yang empuk, membuat bandeng presto mudah dikonsumsi.
Para pengolah biasanya memasarkan produknya secara umum di pasar maupun toko-toko. Namun, saat ini juga telah melayani pesanan khusus seperti kebutuhan perkantoran dan pesanan luar daerah.
“Untuk teknik pemasaran ikan bandeng presto ini bisa melalui grup-grup WhatsApp, bisa melalui dari mulut ke mulut, instansi-instansi, bazar-bazar, dan pameran,” imbuh Muhidi.
Menurut dia, pemasaran bandeng presto karya pengolah ikan bandeng Karawang sudah dikirim sampai ke wilayah Lampung. Sedangkan untuk yang dekat, tersebar ke Tangerang, Bandung, hingga Majalengka.
Muhidi menjelaskan, produk bandeng buatan kelompoknya lebih unggul dibanding yang lain karena memiliki rasa sedikit agak pedas. Tidak seperti bandeng pada umumnya yang hanya terasa gurih.
Melihat potensi pasar yang menjanjikan, para pengolah bandeng berharap perhatian pemerintah semakin besar serta minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan bisa semakin tinggi.
“Selama ini masyarakat masih kurang sekali mengkonsumsi ikan sehingga meningkatkan gizi keluarga. Dengan harapan pemerintah kiranya lebih kencang lagi untuk mendukung membina kami dari pengolahan ikan,” tukas Muhidi.
Sementara itu, Sumiyati selaku pengolah bandeng presto mengatakan, selain bandeng adapula ikan asap yang diproduksi di wilayahnya.
Ikan dibeli eceran, kemudian dibersihkan sebelum dimasak. Proses pematangan berkisar antara 2-3 jam. Sumiyati biasa bekerja dibantu oleh keluarganya.
“Paling sama keluarga sama suami sama anak dua, paling empat orang. Bareng-bareng sih ada yang nyuci ada yang bumbu,” kata Sumiyati.
Untuk menyajikan olahan bandeng yang enak, dibutuhkan banyak rempah-rempah sebagai bumbu. Seperti kunyit, gula, garam, daun salam, cabe, dan lain sebagainya. Bandeng yang telah masak kemudian dikemas. Bandeng bisa bertahan 3 hari sampai dengan 1 bulan sesuai jenis kemasan yang dipakai.
“Keunggulannya, kalau olahan bandeng di sini kan dipresto, durinya lunak, kalau yang lain bandengnya dipindang nggak dipresto kan ada durinya, keras,” tutup Sumiyati.