Banyuasin – Penghargaan sebagai Koperasi Terbaik se-Kabupaten Banyuasin yang diraih pada tahun 2021, bukan anugerah kaleng-kaleng. Sistem inti-plasma yang dikembangkan Koperasi Mina Banyuasin mampu menaungi hingga 1.000 plasma.
Boleh jadi captive market ikan patin di ranah Sriwijaya adalah satu dasar pencapaian sukses Koperasi Mina Banyuasin. Namun ada hal lain, sebagai inti, koperasi ini memandang plasma mereka lebih sebagai mitra. “Kami mengembangkan plasma yang bermitra. Mereka mendapatkan benih, pakan, modal sampai ke penjualan yang dikelola langsung oleh koperasi,” papar Ketua Koperasi Mina Banyuasin Sirwan Avandy, Jumat (5/11/2021).
Kemitraan inti-plasma juga semakin erat dengan adanya program edukasi. Untuk menjadikan plasma mandiri, ternyata tak cukup hanya dibantu dari sisi permodalan. Perlu pula ada transfer knowledge tentang tata cara budidaya yang baik dan benar. Di sini, pengelola koperasi juga melibatkan peran pendamping dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) untuk wilayah Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin.
Sirwan mangaku, bersama pendamping, koperasinya dijalankan dengan cara yang tidak biasa. Semisal, selama plasma belum mampu mandiri, mereka akan diperlakukan layaknya kelompok inti. “Kita latih mereka, agar ke depan tidak selamanya menjadi plasma. Harapannya ke depan mereka bisa mandiri dan menjadi pengusaha yang sukses,” katanya.
Sukses bukanlah sesuatu yang di awang-awang bagi Sirwan. Dulu, ia pernah berstatus pegawai di kantor pemerintahan. Ia tak puas dengan penghasilan yang menurutnya hanya cukup bagi diri sendiri. Ia lalu memutuskan untuk mengembangkan sebuah koperasi, dengan harapan bisa berbagi dengan orang banyak. Lagi pula, pikirnya di masa awal itu, prinsip koperasi memang untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
“Kami berterimakasih karena telah diberikan kepercayaan untuk bisa mengembangkan usaha menggunakan dana dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, ada pendamping usaha yang sangat membantu kami, baik dalam hal teknis maupun pengawasan,” katanya.
Lebih lanjut, Manajer Operasional Koperasi Mina Banyuasin Feri Kurniawan mengungkapkan alasan koperasi bergerak di bidang budidaya patin. Tak lain, memang ikan sangat potensial di Sumatera Selatan. Sebut saja Kota Palembang yang perharinya membutuhkan suplai ikan patin sekitar 50 ton. Peluang pasar yang menjanjikan.
Belum lagi secara teknis, memelihara patin tak semahal ikan lain. Semisal dari sisi pakan, ikan patin cukup diumpani dengan 20 persen pakan pabrik. Selebihnya, 80 persen adalah pakan mandiri. Dengan komposisi pakan seperti ini, tentulah biaya pembesaran ikan sangat murah, tanpa mempengaruhi margin keuntungan dari penjualan.
Yang tak kalah penting, tambah Feri, jangan pernah berpikir menjadi pembudidaya ikan ini bekerja seperti orang kantoran. “Merawat inti-plasma tidak bisa menggunakan jam kerja kantoran. Kerja tidak ada hari libur, tidak ada tanggal merah, transaksi jalan terus, kami bekerja dengan hati dan hasilnya, kepercayaan plasma meningkat,” katanya.