Sebatik – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus perkuat perannya dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor ke sejumlah negara. Berbagai komoditas pun terus didorong, terutama komoditas ikan pelagis, ikan demersal dan juga kepiting.
Seperti di Sebatik, wilayah perbatasan negara yang sekaligus pulau terluar ini memegang kunci untuk mengekspor hasil sumber dayanya. Berbagai jenis ikan demersal atau yang hidup di karang seperti ikan manyung, kakap, bawal dan berbagai ikan lainnya menjadi andalan ekspor dari daerah ini.
Selama Oktober 2022 KKP mencatat, terdapat 28.770 kg komoditas perikanan yang dikirim dari Sebatik ke Tawau, Malaysia. Jumlah ini meningkat menjadi 201.314 kg di bulan November 2022.
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Pamuji Lestari mengatakan, daerah perbatasan seperti Sebatik merupakan pintu yang dapat mempermudah kegiatan ekspor produk perikanan. Untuk mendukung hal tersebut, Tari pun menambahkan bahwa menjaga kualitas dari ikan pun harus diperhatikan.
“Seperti di perbatasan di Sebatik ini, kami titip untuk terus diperkuat sisi quality assurancenya,” kata sosok yang akrab disapa Tari usai meninjau perbatasan Sebatik beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Tari menyampaikan bahwa perbatasan bisa menjadi peluang dan tantangan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ekspor. Jika hal ini berjalan, maka akan berdampak positif pada kesejahteraan nelayan yang ada di sekitar, khususnya Pulau Sebatik.
Selain ikan, Indonesia juga mengekspor kepiting soka. Komoditas ini fokus untuk dikembangkan guna memenuhi permintaan pasar ekspor mulai tahun 2011. Sejak itu produksinya terus didorong, salah satunya melalui optimalisasi penggunaan lahan.
Salah satu daerah yang turut dikembangkan guna meningkatkan jumlah produksi kepiting adalah Desa Dua Alur Baru, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini ditetapkan KKP menjadi salah satu kampung budidaya dengan komoditas utama kepiting soka.
Kepiting dengan cangkang lunak ini jadi menu populer karena kemudahan cara mengkonsumsinya. Tak heran, bukan hanya diminati konsumen dalam negeri, hewan bercapit ini juga banyak diburu oleh konsumen dari mancanegara.
Fahreza penyuluh perikanan Kabupaten Langkat menjelaskan, desa tersebut mampu menghasilkan sebanyak 20-25 ton/bulan kepiting soka untuk memenuhi pasar ekspor. Permintaan kepiting soka datang dari Eropa, Amerika, Jepang, serta berbagai negara lainnya di Asia.
Guna mengakselerasi hal tersebut, berbagai bentuk dukungan pun tak luput diberikan oleh KKP. Termasuk kesempatan untuk mengakses modal usaha yang disalurkan melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) guna mengembangkan usaha.