Maluku Tengah – Pakan memegang peranan penting dalam usaha pembesaran kepiting. Seperti di Desa Kobisonta, untuk mempercepat pertumbuhan kepiting belut dipilih pembudidaya sebagai pakan utama. Hasilnya pun menguntungkan, sedikitnya 5 ton kepiting mampu dihasilkan setiap bulan dari daerah ini.
Jika dilihat dari komposisi gizinya belut memiliki nilai energi yang tinggi. Dalam 100 gram daging belut mengandung sebanyak 236 kalori, 23.7 gram protein, dan 15 gram lemak. Selain itu bau khas yang melekat pada belut menjadi daya tarik bagi kepiting.
“Belut kan baunya amis ya, jadi kepiting sangat tertarik. Untuk pemberiannya sendiri belut dipotong masing-masing berukuran 5 cm lalu diberikan langsung ke kepiting. Sehari bisa dikasih 5 potong,” tutur Risky Penyuluh Perikanan Kabupaten Maluku Tengah.
Mengenai asalnya, belut diperoleh langsung dari sawah atau pun dengan membeli kepada warga yang terbiasa menangkap. Selain sebagai pakan kepiting yang dibesarkan, belut juga digunakan untuk umpan saat menangkap benih kepiting.
Benih kepiting ditangkap dengan menggunakan perangkap berbentuk kotak berukuran 30 x 30 cm. Adapun untuk bahannya perangkap ini terbuat dari stainless. Lalu perangkap dipasang pada hutan mangrove sebagai habitat asli kepiting bakau. Tak lupa umpan berupa belut yang dipotong-potong pun turut ditempatkan di dalam perangkap. Hasilnya, tak kurang 4-5 benih kepiting pun bisa ditangkap dalam semalam.
Benih kepiting hasil tangkapan selanjutnya dipindahkan ke rumah kepiting (crab house) yang ada ditambak. Dengan menggunakan crab house, perawatannya lebih mudah serta kepiting aman dan terhindar dari kanibalisme saat kepiting lainnya molting atau proses pergantian cangkang.
Selanjutnya, pemberian pakan yang teratur serta pengaturan debit air menjadi faktor yang juga penting dalam pertumbuhan kepiting. Belut diberikan dua kali dalam sehari, yaitu antara pukul 09.00 – 10.00 pagi dan sore hari antara pukul 15.00 – 16.00.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perubahan persentase jumlah pakan yang diberikan selanjutnya, maka setiap 15 hari sekali kepiting diukur beratnya dengan cara sampling. Pada akhir masa pemeliharaan juga dilakukan pengukuran berat kepiting untuk mengetahui bobot kepiting yang dibesarkan.
Sebagai upaya menjaga populasi dan keberlangsungan benih kepiting di alam, proses penangkapan benih kepiting pun tak luput diperhatikan. Hal ini selalu disosialisasikan oleh pemerintah daerah melalui penyuluh. Pasalnya hingga saat ini benih kepiting di alam masih menjadi andalan utama bagi pembudidaya.
“Agar lestari, mangrove sebagai rumah kepiting harus dijaga. Lalu kalau kepiting yang sedang bertelur ketangkap, harus dilepas dan biarkan telurnya menetas dulu dan jadi benih kepiting yang siap dibesarkan,” tutur Risky.
Sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong komoditas kepiting sebagai andalan ekspor untuk dikembangkan. Untuk mendukung hal tersebut, modal usaha pun turut difasilitasi KKP diantaranya melalui pinjaman modal usaha yang disalurkan melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).