Selama tiga tahun berstatus sebagai pendamping Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP), rutinitas Riswan adalah menyeberang dari satu pulau ke pulau lain. Tantangan tersendiri baginya dalam membuka akses permodalan bagi pelaku usaha kelautan dan perikanan di Provinsi Maluku Utara.
Setidaknya, ada 22 pelaku usaha yang harus dikawalnya. Mereka tersebar di sejumlah pulau. Mereka menggeluti beragam usaha, mulai dari menangkap ikan, budi daya, hingga mengolah dan memasarkan produk perikanan.
Transportasi yang paling sering digunakan Riswan dalam bertugas adalah speed boat. Tarif angkutan air ini berbeda-beda, tergantung jarak tempuh dan kondisi alam. Jarak terdekat biasa dikenakan tarif Rp60 ribu untuk satu jam perjalanan. Itu bila kuota jumlah penumpang dalam satu speed boat terpenuhi. Bila penumpangnya kurang, tarif bisa melambung ke angka Rp100 ribu perorang.
“Belum lagi jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk menyeberang pulau, harus menunggu sampai sehari,” kisahnya melalui telepon seluler, Kamis (27/5/2021).
Tentu saja, bila harus menginap di sebuah pulau menunggu cuaca baik, membutuhkan biaya tambahan. Tapi itu tetap dijalaninya demi memberikan edukasi mengenai administrasi dan keuangan kepada masyarakat kelautan dan perikanan di Ternate.
Dalam hal edukasi kepada nelayan, Riswan harus ekstra sabar. Pasalnya, meski telah diajarkan bagaimana cara debitur menyetorkan pinjaman melalui aplikasi perbankan, tapi pada prosesnya, masih banyak saja yang menitipkan uang setoran. Ujung-ujungnya, sebagai pendamping, Riswan jualah yang harus ke bank di ibukota menyetorkan uang titipan.
Tapi, Riswan selalu bersemangat mendampingi para pelaku usaha. Apalagi profesi ini bukan sesuatu yang baru bagi mantan penyuluh perikanan. “Saya sudah lama menggeluti dunia kelautan dan perikanan. Sejak tahun 2011, saya sudah menjadi penyuluh perikanan. Sejauh ini, permasalahan terbanyak adalah akses permodalan, sehingga selain bekerja, saya juga ingin membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan,” jelasnya.
Pengabdian Riswan sangat berarti bagi Abdurahman Tampilang. Nelayan ikan tuna ini sangat terbantu dengan adanya bantuan pinjaman modal kerja dan pendampingan Riswan. Hampir setiap hari, Abdurahman berlayar sejauh 50 mil laut dari tepi pantai Pulau Ternate tempat tinggalnya. Setiap hari pula, tuna kualitas ekspor hasil tangkapannya dijual ke pengumpul ikan.
“Kualitas ikan yang kami jual memiliki kualitas ekspor. Perhari kita bisa menangkap dua ekor ikan tuna dengan bobot rata-rata 30 kilogram,” ujar Abdurahman.