Dari Montir Jadi Juragan Rebon dan Ikan Bilis Belah

0
737
views

Tanjung Jabung Barat – Siapa sangka, seorang montir bengkel kecil-kecilan menjadi pemasar rebon dan ikan bilis belah. Usaha yang tadinya sekadar pendukung perekonomian rumahtangga, kini menjadi utama.

“Awalnya dari istri itulah yang punya ide, tapi kewalahan karena pemasaran, jadi saya ambil alih, montir tutup,” ungkap Santoso bersemangat saat mengawali kisahnya melalui telepon, Selasa (23/22/2021).

Santoso dan keluarga tinggal di Jalan Delima RT 10, Kelurahan Kampung Nelayan, Tanjung Jabung Barat. Rumah dan gudangnya hanya terpaut lima meteran, sehingga aktivitas penjemuran rebon dan ikan bilis belah mudah terpantau.

Rebon dan ikan bilis didapatkan dari nelayan. Ketika datang, langsung dijemurnya. Hanya membutuhkan waktu setengah hari jika cuaca terik untuk membuat bilis belah kering, sedangkan rebon diangin-angin dalam gudang.

Tahun 2016 adalah tahunnya Santoso dan istri mulai aktif menjadi penampung ikan dari nelayan. Awalnya mereka hanya pemasar kecil-kecilan. Namun terus berkembang, karena memanfaatkan jejaring yang dimiliki istrinya di kampus. Merekapun semakin banyak dikenal pembeli besar, karena kuli yang mengangkut rebon dan ikan bilis belah membagikan nomor telepon Santoso. “Karena kualitas bagus, akhirnya dari satu tempat ke tempat lain semakin berkembang,” ungkap pria asli Pati, Jawa Tengah itu.

Pemasaran meluas tidak hanya di Tanjung Jabung Barat, tetapi juga ke wilayah lain di Jambi, Padang, Pekanbaru, Palembang, sampai ke Jawa dan Madura.

Meski masih pandemi, harga jual rebon berkisar Rp32-33ribu/kilogram, sedangkan teri belah Rp74-75ribu/kilogram. Jika dikirim ke luar pulau, selisihnya Rp1-2ribu. “Saat ini harga jual sebenarnya stabil tapi barang (rebon dan ikan) kosong,” kata Ketua KUKP Cahaya Laut itu.

Pada tahun ini, lanjut ceritanya, pengurangan hasil laut berlangsung lebih cepat dari biasanya, yakni sejak Juli. Padahal, tahun-tahun sebelumnya pada November. Kualitaspun kurang bagus, karena agak kotor daripada biasanya.

Selain itu, tantangan lain usaha ini adalah kejujuran nelayan yang menjadi mitra Santoso. Ada saja dari mereka yang kadang malah menjual hasil laut bagus ke pihak lain. Oleh karena itu, ia berharap kepada 25 nelayan mitranya untuk menjaga kejujuran. Sebab baginya, kejujuran akan membawa kemudahan dalam setiap usaha. “Walau kecil-kecilan usaha, kuncinya jujur, jangan mudah putus asa. Rejeki yang atur Tuhan,” tegasnya.

Untuk mengembangkan usahanya, ia menerima pinjaman modal dari Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP) pada November 2020. Dana bergulir digunakan untuk membeli pompong, mesin, jaring, dan merehab gudang.

Kemudahan syarat, bunga yang ringan, dan tidak ada penalty ketika pelunasan pinjaman dipercepat membuat Santoso tertarik meminjam ke lembaga di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan ini. “Kemarin di konvensional kurang tiga bulan pinjaman lagi lunas malah kena penalty, mudah-mudahan gak pinjam lagi ke sana,” tuturnya mantap.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here