Hulu Sungai Selatan – Budidaya ikan gabus haruan tingkatkan ekonomi masyarakat Desa Asam, Hulu Sungai Selatan. Dengan tingkat produksi mencapai 2.833 kg per tahun, para pembudidaya mampu mendulang pendapatan hingga Rp127.500.000.
Dengan rasanya yang enak, dagingnya yang lembut, dan tentunya baik untuk kesehatan, ikan ini dapat diolah menjadi berbagai masakan. Dari ketupat kandangan yang menjadi menu khas, nasi kuning, abon, hingga kerupuk menggunakan ikan gabus haruan sebagai bahan makanannya.
Tingginya permintaan masyarakat membuat harga jualnya menggiurkan. Dipasaran, ikan ini dijual berkisar antara Rp45.000-60.000/kg. “Saat langka bahkan bisa tembus Rp.100.000/kg, sementara modalnya hanya Rp30.000/kg,” ujar Slamet Budianto Penyuluh Perikanan.
Besarnya potensi pendapatan dari hasil budidaya gabus haruan menarik minat masyarakat untuk serius mengelolanya. Untuk di Desa Asam sendiri bahkan telah berdiri hingga empat kelompok pembudidaya. Tercatat hingga saat ini telah dibuat banyak kolam terpal, kolam bundar, hingga keramba ulin, masing-masing 17 kolam yang telah mereka manfaatkan.
Ikan ini memiliki sifat adaptif dan daya tahan tubuh yang baik. Pengembangbiakannya pun dapat dilakukan di beberapa jenis kolam. Tak ayal, hal ini membuat budidaya gabus haruan menjadi pilihan yang menarik bagi para pembudidaya.
Namun tetap ada kendala yang dihadapi seperti kebutuhan permodalan dalam usaha perikanan ini. Usaha menambah tingkat produksinya, baik dengan menambah kolam budidaya, kebutuhan benih yang bagus, sampai kebutuhan ketersediaan sarana prasarana penunjang, tentu perlu modal yang tidak sedikit.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai wakil pemerintah memberikan dukungan yang sangat besar. Dari sisi permodalan, KKP melalui satuan kerja Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) menjadi opsi utama yang ditawarkan. Bahkan KKP menetapkan Desa Asam Hulu Sungai Selatan sebagai Kampung Budidaya demi meningkatkan produksi dan pendapatan pembudidaya ikan.