Anambas – Kabupaten Kepulauan Anambas bak surga di utara Indonesia. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan tiga negara tetangga yaitu Malaysia, Thailand dan Vietnam, menyuguhkan berbagai kekayaan dan keindahan. Tak hanya wisata panorama, daerah kepulauan ini juga kaya akan potensi baharinya.
Perikanan budidaya misalnya, mata pencaharian yang sangat potensial ini banyak dipilih karena peluangnya yang menjanjikan. Seperti di Desa Air Sena, daerah ini dipilih menjadi kampung budidaya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan karena banyaknya pembudidaya kerapu serta aktivitasnya terus berkembang. Lokasi wilayah yang strategis pun penjadi faktor pendukung dalam memasarkan hasil budidaya.
“Lokasi Anambas itu mempermudah pembeli dari luar negeri, salah satunya dari Hongkong. Jadi ada kapal asal Hongkong yang memenuhi syarat masuk dan diperbolehkan membeli ikan hidup, ini jadi kemudahan juga untuk pembudidaya dalam memasarkan ikan secara langsung,” jelas Dewi Asparini penyuluh perikanan untuk wilayah Kepulauan Anambas.
Rata-rata setiap pembudidaya di Desa Sena memiliki tiga lubang keramba sebagai media budidaya. Sebanyak 372 lubang Keramba Jaring Apung (KJA) dan 690 lubang Keramba Jaring Tancap (KJT) tersebar di sana. Keramba ditempatkan di permukaan air laut dengan ukuran yang berbeda. Seperti ukuran KJA luasnya 9×9 m2, sedangkan KJT ukurannya lebih kecil yaitu berkisar 4×5 m2 atau 6×7 m2.
Adapun untuk benih yang digunakan masing-masing berukuran 3-5 cm yang disebar dengan tingkat kepadatan 300-500 ekor/m3. Benih biasanya didapatkan dari Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam dan juga dari alam. Menariknya, dalam membesarkan ikan para pembudidaya di Anambas masih menggunakan pakan berupa ikan rucah.
“Kalau untuk pakan kerapu sendiri pembudidaya menggunakan rucah atau ikan kecil. Belum banyak menggunakan pakan lain seperti pelet karena kualitas rucah lebih bagus dan mudah diperoleh,” tutur Dewi.
Dengan waktu pembesaran minimal tujuh bulan kerapu telah siap dipanen dan dipasarkan. Adapun untuk ukuran standar yang diminati oleh konsumen bobotnya telah mencapai 800 gram. Harganya pun fantastis, bahkan bisa menembus Rp400.000/kg.
Besarnya peluang dalam membudidayakan ikan kerapu bukan tanpa kendala. Berbagai penyakit ikan sering dijumpai dalam membesarkan ikan bergigi tajam tersebut, seperti insang yang luka, kutu, dan kulit merah. Tak hanya penyakit, biaya untuk menjalankan usaha yang tidak sedikit menjadi hal yang membayangi pembudidaya.
Menjawab tantangan tersebut, KKP melalui para penyuluh perikanan memberikan pendampingan dan sosialisasi mengenai teknik budidaya yang baik termasuk untuk meminimalisir penyakit pada ikan. Tak hanya itu, KKP juga memberikan memberikan kesempatan kepada setiap pelaku usaha kelautan dan perikanan untuk dapat mengakses permodalan melalui unit kerjanya Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).