Pemalang – Kementerian Kelautan dan Perikanan terus akselerasi program pembangunan kampung perikanan budidaya di berbagai daerah. Dengan pengembangan yang berbasis pada komoditas kearifan lokal, kampung budidaya terus digenjot, tak terkecuali di kampung kepiting yang berlokasi di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang Jawa Tengah.
Dipilihnya Desa Mojo sebagai kampung kepiting karena desa tersebut telah memiliki embrio untuk pengembangan komoditas kepiting, seperti adanya potensi benih dan hutan mangrove yang telah terbentuk. Kepiting bakau (Scylla spp.) mulanya hanya dianggap hama oleh petani tambak, kini si hewan kanibal itu bernilai ekonomi tinggi dan harga jualnya terus melejit.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pemalang, Muntohir saat peresmian kampung budidaya kepiting Maret lalu menyatakan, bahwa kepiting merupakan komoditas unggulan dari Pemalang yang dulu sempat jaya sebelum berkembangnya komoditas lain. Tidak hanya memenuhi pasar lokal, Muntohir menambahkan kepiting Pemalang juga ditargetkan bisa memenuhi pasar ekspor.
Lebih lanjut, untuk menjamin keberhasilan program kampung budidaya peran serta penyuluh sangat dibutuhkan untuk mendampingi proses budidaya. Seperti diakui Parjo, penyuluh perikanan untuk wilayah Ulujami Kab. Pemalang menjelaskan akan tantangan yang harus diperhatikan setiap pembudidaya kepiting, salah satu terkait benih yang masih mengandalkan dari alam.
“Sementara benih kepiting kan masih didapatkan dari alam. Nah benih kepiting juga biasanya banyak di musim hujan, sedangkan di musim kemarau jumlahnya kurang. Siklus ini yang harus diperhatikan oleh setiap pembudidaya agar usahanya tetap stabil,” ujar Suparjo.
Tak hanya itu, Suparjo menambahkan bahwa faktor kesehatan benih kepiting merupakan hal yang sangat penting. Mengingat angka kematian (mortalitas) dari hewan ini yang cukup tinggi, sehingga ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih dan mengelola benih.
“Kesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha budidaya kepiting. Pemilihan dan pengelolaan benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga harus diperhatikan, mulai dari kelengkapan kaki, matanya yang aktif serta geraknya yang masih lincah,” jelas Suparjo.
Untuk mendukung kegiatan operasional, modal usaha diakui para pembudidaya menjadi penentu berjalannya usaha budidaya kepiting. Modal usaha yang tak sedikit, akses yang mudah juga bunga yang rendah sangat dinanti oleh pembudidaya kepiting guna mewujudkan kampung budidaya kepiting yang berhasil di Pemalang.
“Modal yang dibutuhkan untuk budidaya kepiting ini tidak sedikit, untuk crab box saja harga perboxnya Rp15.000. Biasanya pembudidaya membutuhkan 5.000 crab box untuk membudidayakan kepiting sebanyak 5.000 ekor. Soal modal, kita terus dorong pembudidaya untuk memanfaatkan pinjaman modal usaha dengan bunga yang rendah dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) satuan kerja yang memang masih di bawah KKP juga,” tutup Suparjo.
Sebagaimana diketahui dalam menyelenggarakan pembangunan di sektor kelautan dan perikanan menteri KKP menetapkan 3 terobosan kebijakan, yaitu kebijakan penangkapan terukur berbasis kuota, pengembangan perikanan budidaya berorientasi ekspor seperti udang, lobster, kepiting, dan rumput laut juga pembangunan kampung perikanan budidaya sesuai dengan kearifan lokal.