Harga Tinggi, Budidaya Ikan Papuyu Kian Diminati

0
5278
views

Banjar – Provinsi Kalimantan Selatan ternyata menyimpan banyak potensi perikanan, salah satunya ikan papuyu (Anabas testudineus bloch). Papuyu termasuk ikan endemik Pulau Kalimantan yang sangat digemari masyarakat karena rasanya yang lezat. Namun ketersediaannya yang masih minim, membuat harganya cukup tinggi di pasaran. Potensi inipun menarik minat para pembudidaya.

Seperti Syarkani Zuhri yang akrab dipanggil Isar, semula hanya membudidayakan nila, gurami, dan patin. Barulah 3 tahun ini ia merambah budidaya papuyu karena dianggap menjanjikan. Papuyu dibudidayakan di atas kolam tanah dan diberi pakan pelet. Pemeliharannya mudah, tidak memerlukan perawatan khusus yang penting ketersediaan air dalam kolam dijaga jangan sampai kurang.

Dalam kurun waktu 8 bulan, papuyu siap dipanen dan dijual ke pengepul. Pengepul terlebih dahulu akan memilah ikan berdasarkan ukurannya untuk digolongkan ke dalam grade A (besar), B (sedang), dan C (kecil). Grade A merupakan papuyu terbaik sehingga harganya paling tinggi.

“Grade A itu per kilo isi 6-10 ekor harganya Rp90.000, grade B isi 11-16 ekor harganya Rp70.000, grade C-nya isi 17-20 ekor atau lebih harganya Rp35.000-Rp40.000,” jelas Isar antusias.

Pembudidaya papuyu sekarang ini belum menjual hasil budidayanya langsung ke pasar karena masih fokus dalam bidang budidaya. Mereka masih mengandalkan pengepul yang sudah memiliki pasar tersendiri termasuk rumah makan atau restoran. Menurut Mufidah Penyuluh Perikanan, papuyu yang disajikan di rumah makan adalah grade A dengan harga Rp50.000-Rp70.000 per porsi yang berisi 2 ikan. Harga tersebut menggambarkan tingginya nilai ekonomis ikan papuyu.

Isar tidak sendirian karena ia dan pembudidaya papuyu lainnya tergabung dalam Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Papuyu Sakti Banjar yang berada di Kecamatan Karang Intan. Kecamatan ini telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal yang bertujuan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian ikan endemik.

Dari 110 hektare lahan potensial yang tersedia, baru 10 hektare lahan yang sudah dimanfaatkan untuk kawasan budidaya papuyu. Produksinya terus meningkat karena sampai pertengahan tahun 2022 saja, sudah tercatat 4 ton yang dihasilkan. Ke depan, pengembangan kampung papuyu terus dilakukan dengan sinergi berbagai pihak terutama pemerintah pusat dan daerah.

Salah satunya KKP melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin berupaya mengembangkan teknologi terobosan untuk budidaya papuyu. Seperti pemanfaatan teknologi budidaya dengan sistem bioflok yang dapat memangkas masa pemeliharaan serta hemat dalam penggunaan air. BPBAT Mandiangin juga menyediakan benih papuyu untuk para pembudidaya agar ketersediaannya di alam tetap terjaga.

Tambahan pula terkait modal, KKP memahami betul kebutuhan para pembudidaya yang tidak sedikit untuk memenuhi sarana prasarana apalagi pakan papuyu berupa pelet yang harganya tidak murah, berkisar Rp400.000 per sak. Oleh karena itu, KKP memberikan akses permodalan untuk pelaku usaha kelautan dan perikanan melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).

Diberitakan sebelumnya bahwa program kampung perikanan budidaya merupakan salah satu dari 3 program prioritas KKP. Dua lainnya, yakni pengembangan perikanan budidaya berbasis ekspor dan kebijakan penangkapan terukur berbasis kuota. Ketiga program ini untuk memastikan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here